Berita Viral
Titip Sedekah, Pesan Praka Dwi Sebelum Gugur Diserang KKB di Nduga
Detik-detik terakhir Praka Dwi meninggal seolah turut dirasakan keluarga. Dari pesan yang disampaikan kepada kakaknya, hingga firasat ibu
TRIBUNJATENG.COM - Detik-detik terakhir Praka Dwi meninggal seolah turut dirasakan keluarga.
Dari pesan yang disampaikan kepada kakaknya, hingga firasat yang dirasakan sang ibunda.
Keluarga merasakan duka cita mendalam saat menyambut kedatangan jenazah Praka Marinir (Anumerta) Dwi Miftachul Achyar di rumah duka, di Jalan Sumowiharjo, Kelurahan/Kecamatan Babat, Lamongan, Jawa Timur, Minggu (24/4/2022) sore.
Baca juga: Pria Blitar Babak Belur Dilarikan ke Rumah Sakit gara-gara Apeli Istri Orang
Baca juga: Umrah di Bulan Ramadan, Catherine Wilson Berdoa Cepat Dapat Jodoh
Isak tangis pun terdengar ketika jenazah tiba.
Diketahui, almarhum adalah anak bungsu dari pasangan Sartono dan Siti Tuminah.
Praka Dwi gugur setelah kelompok separatis teroris menyerang Pos Satgas Kodim Mupe Yonif 3 Marinir di kawasan Kali Kote, Distrik Krepkuri, Kabupaten Nduga, Papua, pada Jumat (22/4/2022).
"Dia merupakan kebanggaan keluarga, sehingga orangtua, ibunya saat ini syok," ujar Yuli Dariyanto (58), salah seorang kerabat almarhum kepada awak media di rumah duka, Minggu sore.
Almarhum jadi kebanggaan keluarga
Menurut Yuli, semasa hidup Dwi merupakan sosok tumpuan keluarga.
Almarhum dikenal sebagai sosok yang baik hati dan ramah, baik kepada keluarga, para kerabat, tetangga, hingga kepada teman dan rekan.
Beberapa hari sebelum kejadian memilukan berujung maut tersebut, bahkan almarhum sempat memberikan pesan khusus kepada kakaknya, Yanta (32).
Dwi mengucapkan permintaan kepada kakaknya untuk memberikan bantuan sedekah untuk masjid, mushala, dan anak yatim yang ada di sekitar tempat tinggalnya di Lamongan.
"Baik sekali, mungkin isyarat akan diminta oleh Allah (meninggal dunia). Minta kakaknya untuk bersodaqoh kepada masjid dan musala, bahkan anak yatim. Dengan itu nanti akan diganti olehnya (almarhum) pada saat pulang," kata Yuli, yang sempat berdinas di Kodim 0812 Lamongan.
Yulu juga menyebut, sebelum almarhum meninggal dunia, Siti Tuminah yang tidak lain adalah ibu almarhum sempat bercerita kepada dirinya bila sempat mengalami firasat.
Sebelumnya, ia mendapat kabar dari Siti Tuminah, almarhum hendak mengundang rekan-rekannya untuk acara tasyakuran.
"Tiga hari sebelum kejadian almarhum meninggal, ibunya saat di masjid, pas habis berdoa itu seperti didatangi oleh anaknya (almarhum) dan seperti langsung duduk di pangkuannya. Mungkin bisa juga itu firasat, kita semua tidak tahu," tutur Yuli.
Kata Yuli, hak-hak almarhum juga sudah diberikan oleh negara melalui kesatuan dinas kepada pihak keluarga.
Almarhum sendiri sudah dikebumikan dengan prosesi ala militer di Tempat Pemakaman Umum (TPU) perkampungan setempat, setelah shalat isya dan tarawih.
"Terakhir ketemu itu ya sebelum berangkat tugas. Sempat pamit pada tetangga di sini, bakal tugas lama. Tidak tahunya seperti ini. Kalau sama tetangga itu baik orangnya," kata salah seorang tetangga almarhum, Lilik (62).
Diberitakan, seorang anggota marinir bernama Pratu Mar Dwi Miftahul Ahyar gugur dalam serangan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Serangan terjadi di Pos Satgas Kodim Mupe Yonif 3 Mar di Kalikote, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga Papua, Jumat (22/4/2022) sore.
"Akibat serangan dan tembakan gerombolan KKB terhadap Pos Satgas Kodim Mupe Yonif 3 Mar, mengakibatkan satu orang meninggal akan nama Pratu Mar Dwi Miftahul Ahyar," kata Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Herman Taryaman, Sabtu (23/4/2022). (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Permintaan Mulia Praka Dwi, Anggota Marinir Sebelum Gugur Diserang KKB di Nduga : Titip Sedekah