Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Menangi Pilpres Filipina, Marcos Jr Ingin Pulihkan Nama Keluarga yang Dikenal Diktator

Kemenangan Marcos Jr akan menandai kembalinya kekuasaan keluarga Marcos, setelah 36 tahun, yang dikenal karena korupsi dan pemerintahan otoriternya.

Editor: Vito
ISTIMEWA/Facebook/Bongbong Marcos
Calon Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr (kanan) dan Calon Wakil Presiden Sara Duterte (kiri). 

TRIBUNJATENG.COM, MANILA - Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr, putra mantan diktator Filipina, memenangkan pemilihan presiden dengan telak, menurut hasil penghitungan suara parsial dan tidak resmi.

Senator Filipina itu sejauh ini telah memenangkan 55,8 persen suara, dibandingkan dengan 28 persen untuk saingannya Leni Robredo. Dalam pilpres itu, ia berpasangan dengan Sara Duterte sebagai wakil presiden, putri dari Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

Menurut laporan Reuters, kemenangan Marcos dalam pemilihan hingga Senin (9/5) lalu terlihat pasti, dengan 96 persen dari surat suara yang memenuhi syarat telah dihitung dalam penghitungan tidak resmi.

Hasil sementara menunjukkan bahwa ia memiliki lebih dari 30 juta suara, dua kali lipat dari Robredo. Adapun hasil penghitungan suara resmi diperkirakan selesai sekitar akhir bulan ini.

Kemenangan Marcos Jr akan menandai kembalinya kekuasaan keluarga Marcos, setelah 36 tahun. Selama kepemimpinan Marcos, ekonomi Filipina terlilit utang.

Ayah Bongbong, mantan Presiden Ferdinand Marcos, dikenal karena pemerintahan otoriternya selama berkuasa di Filipina. Ia dan istrinya, Imelda Romualdez, serta kroni mereka, menjarah sekitar 10 miliar dollar AS dari dana publik sebelum digulingkan pada 1986.

Bersama istrinya, Marcos senior berkuasa dengan tangan besi selama hampir dua dekade. Keduanya dikenal menjalani gaya hidup mewah dengan koleksi benda seni, perhiasan, dan sepatu seharga total lebih dari 10 milliar dollar AS.

Selama kekuasaannya, 70.000 orang dibui akibat aktivitas politik, 34.000 orang di antaranya mengalami penyiksaan, dan 3.400 orang tewas dibunuh, menurut catatan Amnesty International.

Setelah kejatuhannya dalam Revolusi 1986, pemerintah FIlipina memberikan uang ganti rugi bagi 11.100 korban pelanggaran HAM yang diambil dari akun bank milik keluarga Marcos di Swiss.

Adapun, Kemenangan Marcos Jr dinilai sebagai hasil pencitraan selama satu dekade untuk mengubah persepsi publik tentang keluarga bekas diktator tersebut. Mereka mengkritik keluarga Marcos ingin menulis ulang sejarah.

"Apa yang kita saksikan saat ini tidak lain adalah kontra revolusi. Keluarga Marcos hadir untuk menghapus sejarah revolusi rakyat 1986, dan memulihkan kemegahan serta merehabilitasi citra rezim Marcos,” kata Richard Heydarian, penulis dan pengamat politik Filipina.

Selama kampanye, Marcos Jr dan keluarganya dikenal selalu menepis pertanyaan wartawan tentang kekejaman di masa lalu, dan sebaliknya mengampanyekan era Marcos sebagai ‘masa keemasan' bagi Filipina.

Sosok yang kerap dipanggil dengan sebutan Bongbong itu sering memuji sang ayah sebagai 'idola', sembari mengungkapkan kekagumannya atas cara kerja, dan kecintaannya kepada warga Filipina.

"Dia punya pemahaman yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, dan bagaimana mencapainya. Saya kira ini adalah kualitas terbaiknya sebagai seorang pemimpin. Masalah yang kita hadapi saat ini adalah lemahnya kepemimpinan,” kata Marcos Jr, dalam sebuah wawancara di YouTube, tahun lalu.

Video wawancaranya yang diberi judul "Pelajaran Terbaik yang Didapat Bongbong Marcos dari Ayahnya,” itu sudah ditonton 13 juta kali sejak dirilis September 2021 silam.

"Popularitasnya naik karena kita mengalami pandemi disinformasi. Dia mendominasi diskursus politik di media-media sosial,” kata Victor Manhit, analis politik di wadah pemikir Filipina, Stratbase.

Organisasi verifikasi fakta, Vera FIles, melaporkan Desember silam, betapa Marcos termasuk yang paling diuntungkan dari hujan informasi palsu yang menguntungkan popularitasnya, serta mendiskreditkan rival politiknya.

"Karena Anda dikelilingi oleh akun-akun di media sosial yang mengunggah hal serupa tentang mendiang Marcos sebagai pemimpin yang baik, murah hati, revolusioner, dan narasi serupa lainnya,” kata Marie Fatima Gaw, Guru Besar Komunikasi di Universitas Filipina.

Meski demikian, Marcos Jr bersikukuh tidak terlibat dalam kampanye disinformasi di media sosial. Sebaliknya, bagi warga Ilocos Norte, Marcos menikmati dukungan yang nyaris tak berbatas.

Adapun Marcos Jr (64), telah lama terjun ke dunia politik dan menjajaki berbagai jabatan. Marcos melarikan diri ke pengasingan di Hawaii bersama keluarganya selama pemberontakan rakyat pada 1986 yang mengakhiri kekuasaan otokratis ayahnya selama 20 tahun.

Ia sempat bertugas di kongres dan senat sejak kembali ke Filipina pada 1991, setelah kepulangan pada 1990an. Pada 2016 lalu, Bongbong kalah dalam pemilihan wakil presiden melawan Robredo.

Keluarga Marcos mulai mencampuri politik Filipina dengan lebih dulu menguasai Provinsi Ilocos Norte, kantung pendukung mendiang Ferdinand Marcos, sebelum memenangkan kursi senat pada 2010.

Saudara perempuan Marcos Jr saat ini menjabat sebagai senator, dan pernah menjadi gubernur di Ilocos Norte. Adapun ibunya, Imelda, saat ini duduk di kongres untuk masa jabatan keempat. (Tribunnews)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved