Berita Internasional
Rusia Pegang Kendali atas Mariupol, Diperkirakan Menandai Akhir Pertempuran
Mariupol sekarang berada dalam reruntuhan, setelah militer Rusia mengepung, dan diduga telah menewaskan puluhan ribu orang di kota itu.
TRIBUNJATENG.COM - Evakuasi pasukan Ukraina di Mariupol kemungkinan menandai akhir dari pertempuran terpanjang invasi Rusia, dan kekalahan signifikan bagi Ukraina.
Pabrik baja Azovstal menjadi benteng pertahanan terakhir tentara Ukraina di kota pelabuhan Mariupol.
Mariupol sekarang berada dalam reruntuhan, setelah militer Rusia mengepung, dan diduga telah menewaskan puluhan ribu orang di kota itu.
Baca juga: Serangan Rudal dan Artileri Pasukan Rusia Meningkat di Perbatasan Ukraina
"Garnisun 'Mariupol' telah memenuhi misi tempurnya," kata Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina, dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan evakuasi.
"Komando tertinggi militer memerintahkan komandan unit yang ditempatkan di Azovstal untuk menyelamatkan nyawa personel. Pasukan di Mariupol adalah pahlawan di zaman kita,” tambahnya.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Anna Malyar mengatakan, sebanyak 53 tentara yang terluka dari pabrik baja Azovstal dibawa ke rumah sakit di kota Novoazovsk yang dikuasai Rusia, sekitar 32 km ke timur, sementara 211 orang lainnya dibawa ke kota Olenivka, sebuah daerah yang dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia.
Semua pengungsi akan menghadapi pertukaran tahanan potensial dengan Rusia, tambahnya.
Sekitar 600 tentara diyakini masih berada di dalam pabrik baja tersebut.
Militer Ukraina mengatakan, saat ini sedang dilakukan upaya untuk mengevakuasi mereka yang masih berada di dalam.
"Kami berharap dapat menyelamatkan nyawa orang-orang kami," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidatonya di pagi hari.
"Ada yang terluka parah di antara mereka. Mereka menerima perawatan. Ukraina membutuhkan mereka hidup-hidup."
Reuters melihat lima bus yang membawa pasukan dari Azovstal tiba di Novoazovsk pada Senin (16/5) malam.
Dalam satu bus bersimbol huruf Z, yang merupakan simbol invasi Rusia, terlihat orang-orang ditumpuk di atas tandu di tiga tingkat.
Adapun, Ketua majelis rendah parlemen Rusia, Duma Negara menuyatakan, pejuang Batalyon Azov yang dievakuasi dari pabrik baja Azovstal Mariupol, Ukraina tidak boleh ditukar dengan tawanan perang Rusia.
Sebaliknya, Rusia menyerukan pejuang Batalyon Azov harus diadili sebagai penjahat perang.
“Penjahat Nazi tidak boleh ditukar. Mereka adalah penjahat perang, dan kami harus melakukan segalanya untuk memastikan mereka diadili,” kata Vyacheslav Volodin, seperti dikutip dari Al Jazeera dari kantor berita Rusia TASS.
Moskow telah lama mengklaim bahwa resimen Azov, sebuah batalion sukarelawan kontroversial yang berubah menjadi unit penjaga nasional yang memiliki hubungan dengan sayap kanan, adalah "neo-Nazi". (Tribunnews/Tribun Jateng Cetak)