Covid-19 Merajalela di Korut: 2,24 Juta Kasus dalam 8 Hari

Sejak melaporkan kasus pertama covid-19 pada 12 Mei, jumlah orang dengan gejala demam diduga covid-19 hingga Jumat (20/5) dilaporkan melebihi 2 juta.

Editor: Vito
Photo by KCNA VIA KNS/AFP/STR
Gambar yang diambil pada 17 Mei 2022 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), media resmi Korea Utara pada 18 Mei 2022, menunjukkan seorang dokter mempromosikan langkah-langkah pencegahan penyebaran covid-19 di Pyongyang. 

TRIBUNJATENG.COM, PYONGYANG - Meredanya pandemi covid-19 di berbagai belahan dunia berbanding terbalik dengan yang terjadi di Korea Utara (Korut). Dalam waktu relatif singkat, virus corona kini dilaporkan tengah merajalela di negara pimpinan Kim Jong Un itu.

Hingga Jumat (20/5), jumlah orang dengan gejala demam diduga covid-19 dilaporkan melebihi 2 juta kasus. Sementara, Korut melaporkan kasus pertama infeksi virus corona pada pertengahan bulan ini, yakni 12 Mei.

Pemerintah Korut melaporkan wabah varian Omicron di ibu kota Pyongyang, dan mengumumkan tindakan penguncian. Namun, virus itu sudah lebih dulu menyebar luas ke luar ibu kota, terutama di pedesaan.

Korut pada Kamis (19/5) malam waktu setempat, melaporkan 263.370 tambahan orang dengan gejala demam, dan dua kematian baru, sehingga total kasus dugaan covid-19 mencapai 2,24 juta. Sementara itu, ada 65 kematian yang tercatat, lapor media pemerintah, KCNA.

Meski demikian, Korut mengklaim penanganannya terhadap pandemi covid-19 cukup baik. Menurut KCNA, Korut telah mendorong untuk lebih menangani pengumpulan, pengangkutan, dan pengujian spesimen dari orang-orang yang demam, sambil memasang fasilitas karantina tambahan.

KCNA juga mengatakan, pejabat kesehatan telah mengembangkan panduan pengobatan covid-19 yang bertujuan untuk mencegah overdosis obat dan masalah lainnya.

Dalam menghadapi wabah covid-19 yang "meledak", Korut telah mengerahkan angkatan bersenjatanya, termasuk 3.000 staf medis militer untuk sistem pengiriman obat 24 jam, dengan 500 kelompok respons untuk mengonfirmasi dan merawat pasien yang terinfeksi, kata media pemerintah.

Pada Jumat (20/5), pemerintah Korut mengatakan telah mencapai hasil yang baik dalam perang melawan wabah virus corona, di mana pertanian tetap berlanjut dan pabrik-pabrik terus aktif. Bahkan, pemerintah sedang merencanakan pemakaman kenegaraan untuk seorang pensiunan jenderal.

"Bahkan di bawah situasi pencegahan epidemi darurat maksimum, produksi normal dipertahankan di sektor industri utama, dan proyek konstruksi skala besar didorong tanpa henti. Hasil yang baik dilaporkan terus dalam perang anti-epidemi yang sedang berlangsung," lapor KCNA.

Meski demikian, Korut diketahui belum memulai vaksinasi massal, dan memiliki kemampuan pengujian yang terbatas. Hal ini membuat banyak ahli khawatir kemungkinan sulitnya untuk menilai seberapa luas dan cepat penyebaran penyakit itu.

Badan hak asasi manusia PBB telah memperingatkan konsekuensi menghancurkan dari covid-19 bagi 25 juta orang Korut. Sementara, pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khawatir penyebaran yang tidak terkendali dapat menyebabkan munculnya varian baru yang lebih mematikan.

Di sisi lain, pemerintah Korut belum menjawab tawaran bantuan dari dua musuhnya, yakni Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS), ungkap seorang pejabat Korsel.

Dilansir SCMP, Presiden baru Korsel, Yoon Suk-yeol dan Presiden AS Joe Biden, diperkirakan akan membahas bantuan untuk Korut, dalam kunjungan Biden yang dijadwalkan Jumat ini.

Para pejabat di Korsel mengaku sulit menarik kesimpulan terkait dengan kondisi tetangganya itu, karena tidak jelas bagaimana Korut menghitung jumlah pasien demam dan covid-19.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved