Berita Kendal
Keluh Kesah Nelayan Pesisir Kendal, Serba Susah dan Makin Bingung Hadapi Gelombang Pasang
Cuaca ekstrem memaksa nelayan mengurungkan niatnya untuk tidak melaut sementara waktu demi keselamatan dan keberlangsungan hidup.
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Tingginya gelombang air laut yang menyebabkan banjir rob di wilayah pesisir pantai membuat dilema para nelayan di Kabupaten Kendal.
Pasalnya, cuaca ekstrem ini memaksa nelayan mengurungkan niatnya untuk tidak melaut sementara waktu demi keselamatan dan keberlangsungan hidup.
Meskipun roda ekonomi keluarga mereka tersendat karena tidak ada pendapatan dalam beberapa hari.
Baca juga: 4.500 Warga Kendal Terdampak Banjir Rob, Air Laut Pasang Genangi 8 Desa/Kelurahan di Pesisir
Baca juga: Alhamdulillah, Bupati Dico Pastikan 1.572 PPPK Guru Kendal Sudah Terima SK Bulan Depan
Baca juga: Bantuan Hibah Guru Keagamaan di Kendal, Tiap Penerima Dapat Rp 1 Juta, Disalurkan Melalui 4 Lembaga
Baca juga: Cerita Warga Kendal Tidur di Perahu, Sudah Tiga Malam Ini, Rumah Terdampak Banjir Rob
Seperti yang dikatakan Darmanto, nelayan asal Kelurahan Karangsari, Kecamatan Kota Kendal, Kabupaten Kendal memilih tidak melaut selama sepekan terakhir.
Pria 45 tahun itu tidak berani ambil risiko dengan cuaca ekstrem yang terjadi saat ini.
Apalagi, kondisi rumahnya juga terendam banjir rob dengan ketinggian mencapai 50 sentimeter.
"Cuacanya lagi tidak menentu, ikannya juga lagi sulit."
"Kalau dipaksakan, justru hanya dapat ombak besar dan angin kencang," terangnya kepada Tribunjateng.com, Selasa (24/5/2022).
Darmadi sempat nekat melaut pada Senin (23/5/2022) untuk mecari penghasilan.
Perjuangannya mengarungi gelombang tinggi hanya membuahkan sedikit ikan senilai Rp 20.000.
Dia pun memutuskan untuk tidak melaut lagi pada Selasa (24/5/2022) dan memilih bersiaga di rumah jika banjir datang seketika hingga menggenangi rumahnya.
"Di rumah saja, dipaksakan melaut pun percuma, ongkos dengan penghasilan enggak cocok," kata dia.
Nelayan lain, Santoso mengungkapkan, nelayan saat ini dalam kondisi sulit.
Diperparah dengan bencana banjir rob yang menggenangi permukiman nelayan.
Santoso menyatakan, pendapatan nelayan menurun drastis, bahkan produktivitas sebagian besar nelayan terhenti, sementara kebutuhan keluarga tetap ada setiap harinya.