Bertemu Perwakilan MWL, Puan Dukung Penuh Pembangunan Museum Nabi Muhammad di Indonesia
Puan Maharani mengunjungi Museum Internasional Sejarah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam dan Peradaban Islam di Kompleks Masjid Nabawi.
Penulis: DNA | Editor: MGWR
Alasan Indonesia dipilih sebagai negara pertama
Pada kesempatan yang sama, Syaikh Yahya Atiyah Al-Kinany menyampaikan alasan mengapa Indonesia dipilih sebagai negara pertama untuk lokasi berdirinya Museum Nabi Muhammad SAW di luar Arab Saudi.
Sesuai pesan Sekretaris Jenderal (Sekjen) MWL Syaikh Muhammad Abdul Karim Al-Issa, kata dia, Liga Muslim Dunia berpandangan bahwa Indonesia merupakan contoh dan model yang harus diketahui dunia dalam hal toleransi kehidupan bermasyarakatnya.
Masyarakat Indonesia bisa hidup secara damai dengan saling menghargai, meski datang dari berbagai ragam suku, budaya, dan bahasa. Hal ini menjadi nilai lebih yang dilihat MWL.
“Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk umat Islam terbesar di dunia juga berhaluan wasathiyyah Islam (moderat) dan Indonesia dapat dijadikan sebagai contoh persatuan dalam keberagaman,” ujar Syaikh Yahya Atiyah Al-Kinany.
Sementara itu, Ketua Yayasan Museum Sejarah Nabi Muhammad SAW dan Peradaban Islam sekaligus Wakil Ketua Umum (Ketum) DMI, Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi (Pol) Purnawirawan (Purn) Syafruddin mengatakan, kehadiran Puan juga sebagai bentuk diplomasi DPR dalam hal pembangunan Museum Nabi Muhammad di Indonesia.
“Museum ini adalah milik Liga Muslim Dunia. Ibu Ketua DPR (Puan Maharani) diundang oleh MWL untuk hadir mengunjungi Museum Rasulullah yang nanti Insya Allah akan dibangun di Indonesia,” ujar Syafruddin yang turut mendampingi Puan ke Museum Nabi Muhammad SAW di Madinah.
Mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN dan RB) itu menilai, kehadiran Puan bertemu Liga Muslim Dunia di Museum Nabi Muhammad di Arab Saudi sangat penting.
Sebab, kata Syafruddin, dukungan Puan menunjukkan harapan rakyat Indonesia agar pembangunan Museum Sejarah Nabi Muhammad SAW dan Peradaban Islam di Indonesia dapat segera selesai.
“Ini sebagai salah satu bentuk diplomasi yang dilakukan DPR sebagai representasi rakyat Indonesia,” ujarnya.