Berita Internasional
Pemburu Puing-Puing Pesawat Malaysia MH370 Mengaku Diteror Ancaman Pembunuhan dan Dibuntuti
Pria Australia yang melacak puing pertama dari maskapai Malaysia Airline MH370 yang hilang pada 2014, mengaku diteror dengan ancaman pembunuhan.
Pattiaratchi mendesak pria asal Australia itu untuk mencari lebih lanjut di Madagaskar dan Mozambik sebagai gantinya.
“Ketika saya sampai di sana, saya bertanya kepada penduduk setempat - nelayan, tukang perahu - di mana puing-puing dari laut lepas terdampar?” ujarnya.
“Ada gundukan pasir di luar terumbu yang terpapar ke Samudra Hindia, tempat barang-barang terdampar ke darat. Tiba-tiba tukang perahu memanggil nama saya dan berkata 'Apakah ini Malaysia 370'?"
Segitiga abu-abu itu, bertuliskan No Step, ternyata merupakan bagian dari ekor.
Pada Juni 2016, tiga potongan lagi ditemukan dan keluarga, termasuk Ghyslain dan Grace, terbang ke Madagaskar untuk membantu, menyisir 20 km garis pantai untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.
Pada 2018, Pemerintah Malaysia akhirnya setuju membiarkan perusahaan pencarian swasta, Ocean Infinity, meluncurkan pencarian baru di Samudra Hindia Selatan di bawah perjanjian tanpa biaya jika tak ada temuan baru.
Menggunakan probe hi-tech, tanpa pengemudi, perusahaan mencari 12 km persegi per hari hingga kedalaman 6000 meter. Tapi usaha itu dibatalkan setelah tidak menemukan apa pun selama 138 hari.
Pada saat yang sama ketika Blaine mulai menerima ancaman pembunuhan.
Ghyslain Wattrelos ayah dan suami yang berduka setelah kehilangan istri dan dua anaknya dalam insiden itu mengatakan dia juga dihubungi oleh ribuan orang yang menawarkan untuk membantunya menemukan kebenaran.
Tetapi Ghyslain meyakini beberapa memiliki motif jahat.
Ayah yang berduka, yang juga memeriksa catatan radar ini, mulai meyakini bahwa pihak berwenang Malaysia atau China menutupi posisi sebenarnya dari kemungkinan kecelakaan itu, karena mereka tidak ingin pesawat itu ditemukan.
“Di suatu tempat di dunia ini seseorang tahu apa yang terjadi dan itu bukan hanya satu orang, ini adalah cerita besar. Ini cerita kotor dan melibatkan banyak negara,” katanya.
"Saya sangat yakin ada sesuatu atau seseorang di pesawat yang mereka tidak ingin tiba di Beijing sehingga mereka menyasar pesawat itu."
Tidak ada bukti yang mendukung teori ini, tapi setiap ancaman terhadap Blaine justru membuatnya lebih bertekad untuk mencari kebenaran.
“Saya hanya mengubah hidup saya sehingga (bekerja) efektif dari ‘bawah tanah’ tetapi itu (ancaman) tidak efektif membuat saya berhenti,” katanya.