Berita Semarang
Belajar dari Pungli Pemakaman Covid-19: Informasi Setengah Hati Berujung Pungli
Kasus Covid-19 memang sudah mulai surut tapi luka di hati Yeyen masih bergejolak.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: sujarwo
"Ketika itu kami juga panik, bingung, dan takut sehingga tak meminta kwitansi pembayaran. Kami hanya ada video para petugas yang melakukan pungli saat menangani jenazah," terangnya.
Berdasarkan rekaman video yang diterima Tribunjateng.com, tampak ada enam orang yang mengurus jenazah korban. Rinciannya, tiga orang petugas berpakaian hijau, satu orang warna merah dan dua orang mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap.
Pakaian keenam orang itu layaknya pakaian karyawan rumah sakit. Enam orang itu terdiri lima pria dan satu perempuan. Satu orang perempuan tersebut memakai APD lengkap.
Ada dua video yang merekam aktivitas mereka yakni video pertama berdurasi 8 menit 48 detik dan video kedua 16 detik.
Video pertama, merekam aktivitas para petugas di dalam rumah sewaktu mengangkat jenazah. Namun rekaman tidak terlalu dekat karena perekam berada di seberang rumah sedangkan para relawan pemulasaraan berada di dalam rumah.
Selepas itu, mayat yang sudah dimasukan ke dalam peti dibawa ke halaman rumah. Terdengar suara sayup-sayup kalimat tauhid dilantunkan oleh si perekam. Mereka lantas melakban peti jenazah.
Rekaman video kedua tampak para petugas mengangkat peti jenazah Covid-19 ke mobil ambulance. "Video itu yang merekam suami saya. Itu satu-satunya bukti siapa saja yang melakukan pemulasaraan jenazah almarhumah ibu kami," terangnya.
Ia menuturkan, pungli itu membuatnya kecewa. Sebab, di tengah musibah, ternyata masih ada orang yang tega berbuat seperti itu.
"Kami juga syok, bayarnya mahal segitu. Ekonomi kami lagi susah tapi mendapatkan perlakuan seperti itu," ungkapnya.
Ia menilai, melihat kasus yang dialaminya berarti pemulasaraan jenazah Covid-19 sengaja dibisniskan untuk meraup keuntungan pribadi yang dilakukan oleh para kelompok tidak bertanggung jawab.
"Kami orang awam merasa diperas dan dimanfaatkan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab yang hanya mencari keuntungan pribadi tak peduli orang yang sedang susah," ucapnya.
Ia menilai, pemerintah tampaknya tak mau tahu dengan kondisi tersebut. Kala itu, pemerintah juga tidak melakukan pemberitahuan kepada masyarakat terkait bagaimana menghadapi anggota keluarga ketika meninggal dunia dalam keadaan positif Covid-19 terutama saat isolasi mandiri (isoman).
Di samping itu, ia pun tak tahu bahwa ada petugas pemulasaraan jenazah Covid-19 secara gratis.
"Tidak ada sosialisasi soal itu. Saya mendengarnya hanya saat ada yang meninggal kena Covid-19 disuruh ke rumah sakit, tapi setelah itu malah disuruh bayar," bebernya.
Ia mengatakan,persoalan itu juga tidak ada tindak lanjut apapun dari pemerintah."Ya kami hanya bisa pasrah. Pemerintah juga tak mau tahu," katanya.