Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Harga Sapi Anjlok hingga Rp 5 Juta/ekor Gara-gara PMK

akibat dari wabah PMK yang menyerang pada ternak berimbas pada penurunan harga jualnya.

Editor: Vito
istimewa
ilustrasi - Petugas dari DKPPP Kota Tegal memberi obat kepada hewan ternak yang dinyatakan positif PMK. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Terus meluasnya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak ruminansia di sejumlah wilayah Indonesia terus menghantui para peternak.

Hal itu mengingat dampaknya terhadap perdagangan hewan tersebut, terlebih menjelang perayaan Iduladha.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Rochadi Towaf mengatakan, akibat dari wabah PMK yang menyerang pada ternak berimbas pada penurunan harga jualnya.

Menurut dia, harga sapi yang terkena wabah virus PMK turun menjadi Rp 2 juta sampai Rp 5 juta dari harga aslinya di kisaran Rp 30 juta per ekor.

“Kondisi yang ada di lapangan saat ini harga jual sapi perah akibat dari PMK bisa turun mencapai Rp 2 juta-Rp 5 juta per ekor. Ini tragis,” katanya, kepada Kontan, Minggu (12/6).

Ia memperkirakan, total kerugian yang ditanggung peternak secara nasional bisa mencapai Rp 20 triliun akibat imbas dari wabah PMK, dengan yang terparah menjangkiti sapi perah.

Sementara kerugian lain yang ditanggung oleh peternak, Rochadi menuturkan, yaitu penurunan produksi susu sapi perah. Dalam catatannya, produktivitas sapi perah saat ini sudah turun mencapai 80 persen secara nasional.

“Produksi susu kita secara nasional yang tadinya berkontribusi dalam negeri sebanyak 20 persen, saat ini sudah tidak sampai 10 persen. Jika ini terus terjadi, maka ketergantungan akan impor juga semakin tinggi,” jelasnya.

Rochadi menyatakan, tingkat penularan PMK pada sapi ternak sangat cepat, yakni bisa melalui udara. Sementara tingkat kematiannya di Indonesia saat ini mencapai 2 persen pada sapi dewasa, dan 30 persen pada sapi pedet atau anak sapi.

Mantan Wakil Menteri Perdagangan, sekaligus Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia, Bayu Krisnamurthi menyatakan, penyakit ini menjadi satu ancaman yang sangat serius terhadap perekonomian Indonesia, khususnya pada peternakan sapi dan domba.

“Dampaknya bisa sangat serius, terutama pada ekonomi peternakan sapi dan domba,” ujarnya, kepada Kontan, Minggu (12/6).

Ia menjelaskan, setiap 1.000 ekor sapi yang mati akibat penyakit PMK itu diperkirakan akan menyebabkan terjadinya kerugian ekonomi hingga Rp 110 miliar-Rp 120 miliar.

Angka itu termasuk kerugian atas sapi yang mati, sapi lain yang berkurang produktivitasnya, biaya untuk biosecurity, vaksin serta penanganan ekstra pada sistem kesehatan veteriner secara keseluruhan.

Sebagai informasi, biosecurity merupakan sejenis program yang dirancang untuk melindungi ternak dari berbagai serangan penyakit atau sebagai langkah awal dalam pengendalian wabah penyakit.

Terkait dengan upaya penanganan, Bayu berharap kepada pemerintah ada kejelasan data mengenai sebaran PMK dan korbannya.

Menurutnya, data itu sangat penting untuk menentukan apakah kondisi saat ini sudah masuk dalam fase Kejadian Luar Biasa (KLB) atau belum.

“Perlu libatkan masyarakat, terutama mereka yang terkait, seperti Fakultas Peternakan, Fakultas Kedokteran Hewan, pelaku usaha, Non Governmental Organization (NGO), dan tentu juga pemerintah daerah secara sistematis dan dengan rencana penanganan yang jelas,” tandasnya. 

Adapun, wabah PMK disebabkan oleh virus Foot and Mouth Disease (FMDV) yang masuk dalam famili Picornaviridae dan genus Aphtovirus.

Dirangkum dari Media Publikasi Litbang Kementerian Pertanian, hewan yang terinfeksi PMK memperlihatkan gejala klinis yang potagnomonik berupa lepuh atau lesi pada mulut dan pada seluruh teracak kaki.

Cara penularan dan penyebaran PMK yakni melalui udara, di mana virus PMK masuk ke dalam tubuh hewan melalui mulut atau hidung, kemudian virus memperbanyak diri pada sel-sel epitel di daerah nasofaring.

Virus PMK kemudian masuk ke dalam darah dan memperbanyak diri pada kelenjar limfoglandula dan sel-sel epitel di daerah mulut dan kaki (teracak kaki) mengakibatkan lesi-lesi. (Kontan.co.id/Lailatul Anisah/Dendi Siswanto)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved