Supardiono Selipkan Sosialisasi Cukai Dalam Pertunjukan Ketoprak
Ketoprak Panji Anom terpilih untuk tampil dalam sosialisasi rokok ilegal di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Rabu (15/6/2022).
Penulis: raka f pujangga | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Ketoprak Panji Anom terpilih untuk tampil dalam sosialisasi rokok ilegal di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Rabu (15/6/2022).
Ketoprak Panji Anom pimpinan Supardiono, tersebut dipercaya untuk mementaskan pertunjukan berjudul Mendut Boyong dengan tokoh utama Rara Mendut.
Dalam pertunjukan itu, dia menyisipkan rokok ilegal dalam cerita yang dibawakan pemain ketoprak.
"Diceritakan rokok itu menjadi kebanggaan masyarakat, sampai akhirnya terjadi perang rasa yang prinsipnya saling pamer," ujar Supardiono.
Pesan moral yang ingin dibawakan kepada penonton, apapun rasa yang ditawarkan sebuah rokok itu diharapkan tidak memicu pertikaian.
Apapun rasa rokok tersebut, yang terpenting rokok yang dihisap telah dilekati pita cukai. Sehingga dari cerita itu harapannya dapat menginspirasi penonton agar tidak menghisap rokok ilegal.
"Rokok ini kesukaan, dan masa itu yang paling digemari rokok mendut. Dan yang penting itu ada pita cukainya," ucap dia.
Kelompok ketoprak yang berdiri sekitar tahun 2017 tersebut melibatkan sebanyak 60 orang pemeran dan kru yang membantu kelancaran pertunjukan.
Dia menilai kolaborasi sosialisasi cukai dan pertunjukan kesenian itu memberikan warna baru untuk seni ketoprak.
Harapannya dapat melekat di hati penonton yang mayoritas pedagang rokok itu agar tidak mengedarkan rokok ilegal.
"Kebetulan ketoprak Panji Anom dipercaya dinas untuk menyosialisasikan agar masyarakat tidak mengedarkan rokok ilegal," ujar pria yang juga menjabat Kepala Desa Kutuk, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus.
Selain itu, pertunjukan itu juga memberikan angin segar kepada para pemain yang sudah dua tahun tidak tampil selama pandemi.
Sehingga pertunjukan ketoprak tersebut dapat memulihkan ekonomi para pemain yang selama ini hilang.
"Selama pandemi nggak bisa pentas ya kerja serabutan, makanya ada pertunjukan ini sangat membantu seniman," katanya.
Sebelum pandemi, ketoprak Panji Anom bisa tampil sebanyak 15-20 kali setiap bulannya dengan tarif Rp 30 jutaan per pentas.
Namun selama pandemi berlangsung tidak ada pertunjukan yang bisa digelar karena dapat menimbulkan kerumunan.
"Semoga sosialisasi melalui kesenian ketoprak ini ke depannya bisa terus berlanjut," ujar dia. (raf)