Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI Aji Sofanudin : Agama dan Inovasi

NAMA Aryanto Misel (AM) menjadi viral setelah menemukan bahan bakar kendaraan dari air yang diberi nama nikuba.

tribunjateng/bram
Opini ditulis oleh Dr Aji Sofanudin, M.Si/Peneliti pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang 

Oleh Aji Sofanudin
Senior Researcher pada Pusat Riset Agama dan Kepercayaan BRIN

NAMA Aryanto Misel (AM) menjadi viral setelah menemukan bahan bakar kendaraan dari air yang diberi nama nikuba.

Meskipun belum scientific well proven (terbuksi secara ilmiah) alat ini diyakini bisa memisahkan hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) yang terkandung dalam air (H2O) melalui proses elektrolisis.

Selain itu, AM juga berhasil mengubah kulit singkong menjadi formula antiapi/kebakaran. Bahkan resep temuannya telah dibeli perusahan Jepang dengan harga sekitar Rp 700 juta. Kabarnya AM juga telah menciptakan 30-an karya inovasi.

Sebelumnya juga sempat viral nama Sultan Gustaf Ghazali, mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Ghazali berhasil menjual foto selfinya yang ia buat setiap hari dari tahun 2018-2021. Ghazali berhasil meraup untung besar karena foto selfinya laku terjual di marketplace NFT, OpenSea sebesar Rp 1,5 miliar. Ini tentu sungguh luar biasa.

Dalam konteks manajemen, munculnya orang-orang seperti AM dan Ghazali bisa disebut sebagai agile people, pribadi lincah dengan berbagai karya.

Mereka memiliki dorongan yang kuat, memiliki curiosity yang dalam untuk memahami dan memecahkan berbagai masalah. Pribadi yang seperti inilah yang hendak diciptakan ekosistem yang ada di BRIN.

Secara internal, agile people hendaknya memiliki dorongan nilai untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk sesama. Dalam bahasa agama disebutkan khoirun naas anfauhum linnas, sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Teologi Agama untuk Riset

Secara garis besar, teologi Islam dibagi menjadi dua kelompok, jabariyah dan qodariyah. Dalam jabariyah segala tindak tanduk manusia sudah ditentukan oleh Tuhan.

Manusia tidak memiliki daya untuk menentukan perbuatannya. Manusia ibarat wayang yang digerakkan oleh dalang. Paham ini disebut juga dengan istilah fatalism.

Selain itu, ada aliran qodariyah atau free will. Berbeda dengan jabariyah yang menyatakan segala tindak tanduk manusia digerakkan oleh Tuhan, maka qodariyah berpendapat segala perbuatan manusia digerakkan oleh manusia itu sendiri. Manusia berkuasa atas sikap dan perilakunya.

Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan perbuatannya.

Teologi jabariyah dan qodariyah hemat kami, masih “hidup” di masyarakat meskipun tidak diterima secara keseluruhan.

Di Indonesia sendiri kebanyakan berpaham ahlus sunnah wal jamaah atau aswaja. Dalam aswaja sendiri ada dua aliran yakni asy’ariyah dari tokoh Abu Al Hasan Al-Asyari dan maturidiyah dari tokoh Abu Manshur Al-Maturidi.

Cendekiawan Muslin Indonesia, A Qadry Azizi (alm) pernah mengusulkan agar menggeser sedikit teologi aswaja dari asy’ariyah ke maturidiyah. Mengingat asy’ariyah lebih dekat dengan jabariyah.

Padahal, prasyarat untuk pembangunan bangsa lebih didukung oleh paham qodariyah.
Terlepas perdebatan dua teologi klasik tersebut, hemat kami dalam konteks memajukan riset, perlu dikembangkan teologi agama pada dua level, yakni level individu periset dan level ekosistem riset nasional.

Dalam ranah individu perlu dikembangkan teologi sukses sebagai prasyarat untuk menciptakan agile people. Teologi ini memberikan suntikan nilai-nilai agama yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Invensi

Semangat iqro perlu terus digaungkan kepada setiap periset sehingga menghasilkan invensi (kebaruan yang bersifat global).

Sebagian dari invensi tersebut akan menghasilkan inovasi, memberikan kemanfaatan kepada umat manusia. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang mampu menciptakan inovasi.

Begitu juga semangat perubahan perlu terus digelorakan.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka mengubah keadaan mereka sendiri, begitu dalam QS. Ar-Ra’du: 11 seperti pernah dikutip Bung Karno dalam sidang PBB.

Dalam level nasional diperlukan teologi persatuan. Apalagi riset bidang agama yang sangat sensitif dan potensial bisa merusak persatuan.

Oleh karena itu, misalnya ada semacam road map, peta jalan, miles stone atau apapun namanya hendaknya diarahkan agar riset agama dibingkai dalam kerangka untuk memperkokoh persatuan bangsa.

Dalam level individu diperlukan agile people yang nasionalis. Bersama merawat konsensus bangsa, Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam level nasional, diperlukan ekosistem riset agama untuk memperkokoh persatuan Indonesia. Agama potensial untuk menjadi perekat bangsa, wa’tashimu bihablillahi jami’a, wala tafarraqu, berpegang teguhlah kepada tali agama Allah, dan janganlah bercerai berai (QS Ali Imran: 103). Wallahu’alam. (*)

Baca juga: Gol Telat Hulk Bawa PSIS Paksa Tahan Imbang Dewa United 2-2

Baca juga: PIALA PRESIDEN : Tiga poin di depan mata sirna kontra PSIS, Ini kata Dewa United

Baca juga: Fakta Ondrej Kudela Direkrut Persija Jakarta: Saya Masih Buta Informasi

Baca juga: Dewa United vs PSIS Semarang 2-2, PSIS Semarang Jadi Pemuncak Klasemen Sementara Grup A

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved