Berita Internasional
Ekonomi Sri Lanka Terhenti Setelah Pasokan BBM Habis, Kantor-kantor hingga Sekolah Tutup
Aktivitas perekonomian Sri Lanka hampir terhenti setelah negara tersebut kehabisan stok bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi. Ribuan kendaraan
Sri Lanka menderita krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan, dengan negara itu tidak dapat menemukan dollar untuk mengimpor kebutuhan pokok, termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Sebanyak 22 juta penduduk negara telah mengalami kekurangan akut, dan antrean panjang untuk pasokan yang langka.
Krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka telah menimbulkan aksi protes selama beberapa bulan terakhir, dan menuntut pencopotan Presiden Gotabaya Rajapaksa, serta anggota keluarganya dari pemerintah.
“Negara ini akan membutuhkan sekitar 6 miliar dollar AS bantuan dari Dana Moneter Internasional dan negara lain, termasuk India dan China, untuk mengatasi krisis ekonomi selama 6 bulan ke depan,” kata Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe.
Otoritas lokal Sri Lanka sedang mengupayakan dana talangan dengan IMF untuk mendapatkan sumber pendanaan baru lainnya. Ekonomi Sri Lanka kemungkinan mengalami kontraksi pada kuartal pertama, dihantam oleh protes publik, ketidakstabilan politik, harga komoditas yang tinggi, dan gangguan rantai pasokan.
Negara itu juga menghadapi rekor inflasi tinggi dan pemadaman listrik yang berkepanjangan, yang semuanya berkontribusi pada protes berbulan-bulan.
Sri Lanka gagal membayar utang luar negeri 51 miliar dollar AS pada April 2022 lalu, dan kini sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk bailout.
Antre BBM Picu Kerusuhan
Garis meliuk-liuk kendaraan yang membentang beberapa kilometer telah terbentuk di banyak pompa bensin di seluruh negeri minggu ini, membuat beberapa orang menunggu lebih dari 10 jam untuk bahan bakar.
Kelangkaan BBM yang terjadi memicu aksi protes masyarakat yang berujung kerusuhan. Militer Sri Lanka terpaksa melepaskan tembakan untuk menahan kerusuhan di sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Hal itu dikatakan oleh para pejabat Sri Lanka pada Minggu (19/6), ketika antrean bensin dan solar yang belum pernah terjadi sebelumnya terlihat di berbagai daerah di penjuru negara tersebut.
Juru Bicara Militer Sri Lanka, Nilantha Premaratne, menjelaskan, pasukan terpaksa melepaskan tembakan di Distrik Visuvamadu yang berjarak 365 kilometer di utara Ibu Kota Colombo pada Sabtu (18/6) malam waktu setempat, ketika pos penjagaan mereka dilempari batu oleh warga.
"Sekelompok 20 hingga 30 orang melempari batu dan merusak sebuah truk tentara," kata Premaratne, dilansir dari AFP.
Polisi Sri Lanka menyatakan, empat warga sipil dan tiga tentara terluka ketika tentara melepaskan tembakan untuk pertama kalinya untuk memadamkan kerusuhan terkait dengan memburuknya krisis ekonomi.
Saat SPBU kehabisan bensin, pengendara mulai memprotes, dan situasi meningkat menjadi bentrokan dengan tentara.
Sri Lanka telah mengerahkan polisi dan pasukan bersenjata untuk menjaga SPBU. Seorang pengendara mobil telah ditembak mati oleh polisi pada April 2022 lalu di pusat kota Rambukkana ketika bentrokan meletus atas pembagian bensin dan solar yang dijatah.
Polisi menuturkan, bentrokan yang melibatkan pengendara meletus di tiga lokasi selama akhir pekan. Setidaknya enam polisi terluka dalam satu bentrokan, sementara tujuh pengendara ditangkap. (Tribunnews/Kompas.com/TRIBUN JATENG CETAK)