Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Program PINTAR

Dari Bumi Pasundan ke Kota Pelajar, Dedikasikan Ilmu Demi Pendidikan Dasar

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitulah peribahasa mengatakan karakter dan watak anak yang tidak jauh dari orang tuanya.

Editor: abduh imanulhaq
IST
Beragam prestasi telah Fery raih 

TRIBUNJATENG.COM, JOGJA - Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitulah peribahasa mengatakan karakter dan watak anak yang tidak jauh dari orang tuanya. Dialah Dr. Fery Muhamad Firdaus, S.Pd. M.Pd., yang lahir dan besar dari dua orang tua dengan profesi sebagai guru SD. Kecintaan orang tua Fery terhadap dunia pendidikan anak, menular dalam diri Fery. Ketelatenan dan keteladanan orang tua Fery, akrab melekat dalam kehidupannya sehari-hari. Mempunyai panutan sedari kecil, membuat Fery seakan memiliki kompas tujuan dalam hidup.

Fery saat menjadi narasumber workshop
Fery saat menjadi narasumber workshop (IST)

Setelah lulus dari sekolah menengah atas, Fery memutuskan berkuliah di Universitas Pendidikan Indonesia program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Karena selama berkuliah ia merasa senang mempelajari ilmu pendidikan anak, Fery lantas menekuni bidang keilmuan tersebut. Ketekunannya dalam belajar berjalan selaras dengan aktifnya Fery terjun dalam dunia organisasi. Dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Fery menjabat sebagai sekretaris umum. Pengalaman berorganisasinya itu memberi banyak manfaat dalam kehidupan bersosial dan profesi yang ia jalani setelah lulus.

Guru honorer merupakan pilihan yang diambilnya setelah lulus kuliah. Seperti kisah guru honorer lainnya, Fery menyadari betul penghasilan yang didapatnya benar-benar tak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak pernah menyerah oleh keadaan, Fery terus mencoba mengembangkan diri sembari melanjutkan kuliah magister di kampus dan program studi yang sama, UPI Bandung.

Jika sudah rezeki, tak bakal ke mana. Begitulah ungkapan bijak yang memang terjadi dalam kehidupan Fery. Saat kuliah S-2 semester pertama, Fery diterima menjadi pengajar di salah satu perguruan tinggi swasta. Meski tempat mengajar sudah bertambah, tetapi gaji yang didapat masih belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari Fery.

Usaha terus diupayakan Fery. Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga untuk kebutuhan kuliah S-2, serta tanda bakti orang tua juga keluarga. Bahkan pada saat bersamaan Fery harus mengajar di lima perguruan tinggi di kota yang berbeda-beda, Subang, Bandung, Subang, Bekasi, Jakarta, dan Tangerang Selatan. Sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Fery hilir mudik ke kota-kota tersebut dalam seminggu. Hal itu terus dilakukannya dari Senin hingga Minggu. Tak pernah berhenti hingga ia melanjutkan kuliah jenjang doktoral.

Saat pertama memutuskan untuk mendaftar kuliah di jenjang doktoral pun sebenarnya Fery tak memiliki kecukupan finansial yang dapat menyokong kelancaran studinya. Akan tetapi, Fery sangat yakin bila sebuah niat adalah baik di awal dan bermanfaat bagi banyak khalayak, pastilah akan selalu ada jalan mewujudkan niat itu.

“Niat saya waktu itu hanya ingin memperdalam ilmu pendidikan dasar. Alhamdulillah saat pengumuman lolos S-3 di semester pertama saya juga lolos menjadi instruktur nasional K-13. Alhamdulillah berkah dari Allah yang luar biasa untuk saya,” cerita Fery.

Insentif sebagai instruktur nasional mampu meng-cover biaya registrasi semester pertama. Kemudian di akhir semester pertama, Fery berhasil mendapat beasiswa.

“Alhamdulillah jadi selama kuliah S-3 itu gratis semua, bahkan mendapat living cost yang lebih dari cukup. Padahal awalnya saya benar-benar tidak memiliki modal finansial yang cukup,” ungkap Fery.

Padatnya jam mengajar dan banyaknya tantangan lain di kesehariannya, tidak menyurutkan langkah Fery menyelesaikan kuliah. Fery berhasil menuntaskan pendidikan doktoralnya dalam waktu 2,5 tahun.

Lama tinggal di Bumi Pasundan hingga selesai menempuh tingkat pendidikan formal tertinggi, tak menghalangi Fery menghentikan langkahnya menebar benih manfaat keilmuannya di kota tersebut. Fery terus melangkah mengabdikan diri untuk ilmu yang telah ditekuni sembari terus memapankan profesi. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) adalah universitas yang menerima Fery – doktor pendidikan dasar dengan konsentrasi pendidikan matematika, untuk menjadi pengajar.

Diterima sebagai pengajar tetap di UNY, membuat Fery bersiap menyusun mozaik cerita hidup yang lebih menarik. Tanoto Foundation, DIPA UNY, dan Kemendikbudristek adalah tiga lembaga yang menjamin berbagai judul penelitian dan pengabdian masyarakat Fery berjalan dengan apik dan epic. Berbagai buah pikiran dituangkannya melalui kerja keras dalam bentuk buku yang kini sudah ada 7 judul. Sepak terjangnya dalam menggeluti dunia pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, membuat Fery berhasil mematenkan 41 judul Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Dari berbagai pengalaman yang didapatnya itu, kesan mendalam dirasakan Fery Ketika menjadi fasilitator dosen Tanoto Foundation.

“Terima kasih Tanoto Foundation sebab sudah banyak menginspirasi dalam melakukan inovasi pembelajaran dan pendidikan. Semenjak menjadi fasilitator dosen, saya menjadi lebih bersemangat untuk mengembangkan inovasi pembelajaran dan mendesiminasikan kepada masyarakat melalui media sosial, media massa, jurnal, seminar/workshop, dan lainnya. Semoga karya-karya tersebut juga menginspirasi para insan pendidikan untuk selalu berkarya dan berinovasi,” kata Fery memberi kesan.

“Kami sangat berbangga hati dan merasa sangat beruntung memiliki fasilitator dosen yang begitu aktif, inovatif, dan sangat kompeten. Saya sangat yakin melalui Pak Fery, manfaat ilmu yang diberikan Tanoto akan lebih cepat dan luas berdampak,” tutur Dr. Nurkolis, M.M., Koordinator Tanoto Foundation Jawa Tengah. (*) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved