7 Bulan Sekali Selasa Kliwon, Orang Sekampung Kejar-kejar Ayam di Atas Genteng: Tradisi Mondosiyo
Pengertian Tradisi Mondosiyo yang rutin digelar tujuh bulan sekali di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.
Penulis: Agus Iswadi | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Warga berebut puluhan ayam kampung yang diterbangkan di atap pendopo saat acara Tradisi Mondosiyo di Pancot Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, Selasa (28/6/2022) sore.
Dari pantauan di lokasi terlihat ratusan warga memadati sekitar acara tradisi warga Pancot yang digelar tujuh bulan sekali setiap selasa kliwon wuku Mondosiyo tersebut.
Pentas reog serta alunan gamelan membuat acara kian meriah.
Keriuhan terlihat saat prosesi siram banyu badeg atau air tape oleh panitia ke arah penonton.
Baca juga: Tradisi Dhukutan dan Mondosiyo Pancot Karanganyar Ditetapkan Warisan Budaya Takbenda Nasional

Tak ayal para penonton berlarian menghindari siraman air.
Tibalah saat puncak acara yakni abur-aburan ayam nadzar.
Ayam tersebut merupakan bentuk syukur dari masyarakat yang sebelumnya telah bernazar apabila terkabul permintaannya akan menyerahkan ayam saat puncak Tradisi Mondosiyo.
Ayam yang dilempar oleh panitia ke atap pendopo langsung mencari rebutan para warga dan penonton.
Berbagai cara dilakukan oleh penonton untuk mendapatkan ayam tersebut.
Seperti menggunakan galah, bergelantung di tepi atap hingga meraih ayam sembari berpijak ke bahu teman.
Tokoh masyarakat Pancot, Sulardi menyampaikan, Tradisi Mondosiyo ini merupakan perayaan hari lahirnya kampung Pancot.
Serangkaian acara telah dimulai beberapa hari sebelumnya mulai dari membuat air tape untuk banyu badeg, pembuatan sesaji, dan nabuh bende.
"Hari ini ritualnya., ada siram batu gilang (dengan banyu badeg) dan abur-abur ayam nadzar. Gamelan thok prol ditabuh dengan irama gancaran dengan harapan semua mendapatkan kelancaran, masyarakat aman dan damai," katanya kepada Tribunjateng.com.
Pihaknya berterimakasih kepada Pemkab Karanganyar dan Kemendikbud atas ditetapkannya Mondosiyo sebagai warisan budaya tak benda tingkat nasional yang mana hingga saat ini tradisi tersebut masih terus dilestarikan oleh masyarakat.
Menurutnya, tradisi ini dapat menjadi destinasi wisata budaya dan religi yang luar biasa.
"Harapan kedepan bergandengan dengan pemerintah, bagaimana mengemas Mondosiyo tidak hanya seperti ini tapi dikemas lebih bagus lagi, meriah lagi," ucapnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Karanganyar, Yopi Eko Jati Wibowo mengatakan, Mondosiyo telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kemendikbud.
Pihaknya telah menyerahkan sertifikat warisan budaya tak benda Mondosiyo kepada perwakilan tokoh masyarakat setempat hari ini.
Lanjutnya dengan ditetapkannya Mondosiyo sebagai warisan budaya tak benda tentu akan ada pendampingan maupun pengalokasian anggaran dari pihak kementerian supaya dapat memberdayakan masyarakat.
"Masyarakat nanti usulnya bagaimana, nanti dipadukan. Yang penting tradisi tetap jalan pemberdayaan masyarakat tetap jalan," terangnya. (Ais).