Fokus
Fokus: Subsidi Tepat untuk Rakyat
Naiknya harga minyak dunia membuat pemerintah harus kembali berhitung untuk menggelontorkan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Krisis minyak dunia yang
Penulis: Erwin Ardian | Editor: m nur huda
Tajuk Ditulis Oleh Jurnalis Tribun Jateng, Erwin Ardian
TRIBUNJATENG.COM - Naiknya harga minyak dunia membuat pemerintah harus kembali berhitung untuk menggelontorkan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Krisis minyak dunia yang turut dipengaruhi oleh meledaknya perang Rusia-Ukraina membuat harga minyak dunia melambung tinggi.
Harga minyak mentah dunia kini berada di atas level US$ 100 per barel yang otomatis turut memicu lonjakan harga BBM di sejumlah negara.
Hingga awal Juni lalu harga minyak mentah dunia jenisBrentyang menjadi rujukan berbagai negara mencapai US$ 114,12 per barel.
Menurut data GlobalPetrolPriceper tanggal 30 Mei 2022, harga BBM atau bensin di seluruh dunia ikut melambung.
Di Amerika Serikat (AS) misalnya BBM jenis RON 95 dijual US$ 1,265 atau Rp 18.345 per liternya. Di Jerman, saat ini harga BBM dengan oktane 95-nya mencapai EUR 2,155 atau Rp 33.699 per liter.
Beberapa negara di Asia tak luput dari kenaikan harga BBM. Jepang saat ini harga BBM jenis RON 95-nya itu menembus JPY 163,5 atau Rp 18.574 per liter, sedangkan China US$ 1,4 atau Rp 20.300 per liter.
Hanya Malaysia yang harga BBM-nya terendah yakni RM 2,05 atau Rp 6.777 per liter.
Di Indonesia harga BBM RON 95 atau Pertamax Turbo Rp 14.500 - Rp 14.800 per liter.
Harga Pertamax mencapai Rp 12.500 per liter dan harga Pertalite mencapai Rp 7.650 per liter.
Belum genap setahun harga BBM melambung, belanja subsidi pada 2022 membengkak jadi Rp 578,1 triliun akibat kebijakan pemerintah yang menahan harga bahan bakar minyak (BBM), LPG 3 kg dan tarif listrik di bawah 3.000 VA.
Anggaran belanja subsidi tadinya adalah Rp 207 triliun, terpaksa direvisi menjadi Rp 283,7 triliun. Dikhawatirkan, akibat konsumsi energi meningkat, subsidi akan tembus di angka Rp 284,6 triliun.
Kondisi keuangan negara makin kritis lantaran harus membayar kompensasi kepada PT Pertamina persero dan PT PLN persero karena sudah menahan harga dalam dua tahun terakhir. Totalnya fantastis mencapai Rp 293,5 triliun. Menteri keuangan Sri Mulyani memprediksi jika ditotal, anggaran subsidi akan melebihi Rp 500 triliun.
Jika dirata-rata setahun Rp 2 triliun saja, angka itu setara dengan jumlah APBD 250 kabupaten di Indonesia. Sayangnya tak semua subsidi yang digelontorkan pemerintah tepat sasaran. Dari kenyataan yang ada sebagian subsidi justru dinikmati oleh kaum berduit.
Pertamina mengungkap data yang cukup mengejutkan, yakni 60 persen masyarakat yang menggunakan BBM subsidi adalah termasuk kalangan kaya. Kalangan kaya ini mengonsumsi hampir 80 persen dari total konsumsi BBM bersubsidi. Sedangkan 40 persen masyarakat rentan dan miskin hanya mengonsumsi 20 persen dari total subsidi energi tersebut.