Kerusuhan Uzbekistan Berpotensi Jadi Konflik Etnis
situasi berpotensi meningkat menjadi konflik etnis antara Uzbek dan Karakalpaks, sebuah kelompok minoritas dengan bahasanya lebih dekat ke Kazakhstan.
TRIBUNJATENG.COM, KARAKALPAKSTAN - Kerusuhan Uzbekistan sepanjang akhir pekan lalu membuat pemerintah memberlakukan keadaan darurat di wilayah otonom Karakalpakstan pada Minggu (3/7).
Aksi demonstrasi yang dipicu oleh rencana pemerintah pusat untuk membatasi otonomi di daerah tersebut menyebabkan sebanyak 18 orang dilaporkan tewas dan 243 lainnya luka-luka.
Meski demikian, para pejabat di wilayah Karakalpakstan mengatakan, ribuan orang dirawat di rumah sakit, setelah terluka selama kerusuhan Uzbekistan pada Jumat (1/7).
Karakalpakstan terletak di pesisir Laut Aral. Sesuai dengan namanya, provinsi tersebut adalah rumah bagi suku Karakalpaks, sebuah kelompok etnik minoritas yang bahasanya lebih dekat ke Kazakhstan daripada Uzbekistan.
Seorang politisi oposisi di pengasingan, Pulat Ahunov mengatakan, orang-orang tidak dapat bergerak dan memperoleh informasi karena keadaan darurat nasional diterapkan.
Ahunov, yang merupakan ketua partai oposisi Berlik, mengatakan, dia khawatir situasi berpotensi meningkat menjadi konflik etnis antara Uzbek dan Karakalpaks, sebuah kelompok minoritas dengan bahasa mereka sendiri.
"Masih ada aksi unjuk rasa yang terjadi di banyak lokasi. Secara keseluruhan, saya pikir situasinya mulai stabil, tetapi ada jenis bahaya lain. Ada fakta bentrokan etnis antara Karakalpaks dan Uzbekistan," katanya kepada kantor berita Reuters, berbicara dari Swedia.
Ahunov menilai, situasinya bisa benar-benar lepas kendali. "Ini bukan tentang status Karakalpakstan, ini tentang konflik antara Karakalpak dan Uzbek. Ini adalah hal yang paling berbahaya," ucapnya.
Video yang tampaknya menunjukkan orang tewas dan terluka akibat kerusuhan di Uzbekistan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa tindakan keras keamanan memakan korban tewas yang tinggi.
Uzbekistan adalah bekas republik Soviet yang mengontrol dan menindak secara keras segala bentuk perbedaan pendapat. Unjuk rasa kemarin adalah pecahnya kerusuhan kedua di Asia Tengah tahun ini.
Kazakhstan turun tangan melerai protes massa pada Januari. Rusia serta bekas republik Soviet lainnya juga mengirim pasukan untuk membantu pihak berwenang memulihkan ketertiban.
Steve Swerdlow, Associate Professor Hak Asasi Manusia di University of Southern California dan seorang ahli di kawasan itu, mengatakan, Uzbekistan harus terlibat setransparan mungkin dalam menyatakan korban dan penggunaan kekuatan.
Ia juga menyarankan pada Uzbekistan agar dalam jangka panjang dapat melihat apa yang menjadi perhatian utama aksi protes ini. (Kompas.com)