Stikes Telogorejo Semarang
Resistensi Antibiotik, Efek Samping Penggunaan Antibiotik yang Jarang Diketahui
tidak banyak orang tahu bahwa penggunaan antibiotik ini memiliki efek samping resistensi.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Oleh : apt. Gilang Rizki Al Farizi , M.Farm, Dosen S1 Farmasi STIKES Telogorejo Semarang
Antibiotik merupakan jenis obat yang digunakan dalam terapi infeksi bakteri. Namun, tidak banyak orang tahu bahwa penggunaan antibiotik ini memiliki efek samping resistensi. Apa itu resistensi antibiotik? Apa saja penyebab dan cara mengatasi resistensi antibiotik? Simak penjelasannya berikut ini.
Apa Itu Resistensi Antibiotik?
Dilansir dari WebMD, resistensi antibiotik adalah suatu kondisi di mana bakteri dapat beradaptasi dengan kerja antibiotik. Akibat adaptasi tersebut, bakteri mulai berkembang biak dan menjadi kebal terhadap serangan antibiotik. Dengan kata lain, resistensi antibiotik menyebabkan penyakit yang awalnya dapat ditangani dengan antibiotik tertentu, kini menjadi lebih berbahaya dan membutuhkan dosis atau antibiotik golongan lain yang lebih tinggi.

Seseorang yang mengalami resistensi, umumnya menunjukkan gejala kebal terhadap obat antibiotik tertentu. Ketika mendapatkan terapi antibiotik, keluhan infeksi tidak berkurang atau tidak menunjukkan gejala penyembuhan secara signifikan. Namun, untuk mengetahui tubuh Anda kebal terhadap antibiotik atau tidak, perlu dilakukan tes laboratorium dan pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga medis yang berkompeten di bidangnya.
Penyebab Terjadinya Resistensi Antibiotik
Secara umum, resistensi antibiotik dapat terjadi karena beberapa hal berikut ini:
1. Penyalahgunaan atau penggunaan antibiotik yang berlebihan
Penyalahgunaan antibiotik atau penggunaannya yang berlebihan merupakan penyebab resistensi antibiotik yang paling sering ditemukan. Hal ini karena masyarakat bisa mendapatkan antibiotik dengan mudah. Mereka dapat mengonsumsi antibiotik secara bebas, tanpa adanya indikasi atau anjuran medis.
Sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa antibiotik adalah obat dari segala jenis penyakit. Sebagai contoh, penggunaan antibiotik untuk mengatasi pilek. Padahal, pilek merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus. Dibandingkan antibiotik, keluhan ini lebih membutuhkan terapi antivirus.
Dikutip dari laman Australian Government, semakin sering mengonsumsi antibiotik, risiko resistensi semakin mengintai Anda. Oleh karena itu, pemberian antibiotik hanya saat benar-benar dibutuhkan saja.
2. Kebersihan kurang terjaga
Sebagian besar orang tidak menyadari bahwa resistensi antibiotik juga dipengaruhi oleh kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini karena lingkungan yang bersih dapat membantu mencegah infeksi bakteri. Termasuk di dalamnya, infeksi bakteri yang memiliki sifat resisten.
3. Mutasi bakteri
Bakteri yang mengalami mutasi secara alamiah, akan menjadi kebal terhadap antibiotik. Dalam kasus ini, bakteri justru akan semakin kebal ketika Anda konsumsi antibiotik. Penyebab resistensi antibiotik alamiah ini merupakan salah satu resistensi yang paling sulit ditangani.
4. Faktor lain
Faktor lain yang bisa menjadi pemicu resistensi bakteri adalah ketidakpatuhan pasien dalam konsumsi antibiotik sesuai resep. Selain itu, kurangnya pengembangan antibiotik jenis baru untuk terapi, serta kurangnya upaya pencegahan penyebaran infeksi dari klinik atau fasilitas kesehatan juga bisa memicu resistensi.

Mengatasi Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik merupakan suatu keluhan yang tidak dapat diobati atau disembuhkan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi resistensi adalah dengan menggunakan antibiotik golongan lain. Selain itu, Anda perlu melakukan upaya pencegahan agar tidak mengalami resistensi antibiotik.
Cara Mencegah Resistensi Antibiotik
Berikut beberapa tindakan yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik:
Konsultasi Dokter
Jika Anda mengalami keluhan sakit, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Khususnya, antibiotik. Tanyakan pada dokter, bagaimana cara mengatasi keluhan Anda tanpa konsumsi antibiotik.
Baca aturan pakai
Apabila membutuhkan terapi antibiotik untuk mengatasi keluhan Anda, konsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter atau petunjuk yang tertera dalam etiket (label) obat. Selain tepat dosis, Anda juga harus minum obat antibiotik tepat waktu. Sebagai contoh, jika dokter meresepkan aturan minum dua kali sehari, maka Anda perlu minum obat tersebut setiap 12 jam.