Avtur Mahal hingga Keterbatasan Seat Pacu Lonjakan Harga Tiket Pesawat
harga avtur di Bandara Soekarno-Hatta periode 15-30 Juni 2022 sebesar Rp 17.362/liter, naik dari sebelumnya sebesar Rp 13.677/liter.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Harga tiket pesawat terbang tinggi dalam beberapa waktu terakhir ini.
Kenaikan harga tiket pesawat misalnya tercermin pada harga tiket rute Jakarta-Singapura yang berdasarkan pantauan Kontan di platform online pada Rabu (6/7) mencapai berkisar Rp 4,4 juta-Rp 7,2 juta.
Sebelum kenaikan, harga tiket rata-rata maskapai penerbangan untuk rute Jakarta-Singapura biasanya berkisar Rp 3 juta.
Dalam wawancara dengan Kontan, Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA), Denon Prawiraatmadja menjabarkan sejumlah faktor yang berperan besar dalam mendorong kenaikan harga tiket pesawat, satu di antaranya kenaikan harga avtur.
“Harga avtur ini sangat berpengaruh terhadap beban operasi kegiatan penerbangan,” ujarnya, kepada Kontan, Rabu (6/7).
Harga avtur memang mengalami kenaikan. Mengutip pemberitaan Kompas.com (1/7), harga avtur di Bandara Soekarno-Hatta periode 15-30 Juni 2022 sebesar Rp 17.362/liter.
Angka itu mengalami kenaikan dibandingkan periode 15-30 Maret 2022 sebesar Rp 13.677/liter.
Denon menuturkan, biaya avtur dan biaya leasing menjadi dua komponen biaya dengan porsi paling besar dalam biaya operasional. Porsi keduanya mencapai sekitar 60 persen dalam pos beban tersebut.
Selain avtur, dia menambahkan, penguatan dollar AS yang mendekati Rp 15.000 per dollar AS juga turut menambah beban maskapai, sebab biaya sewa pesawat dibayarkan dengan menggunakan mata uang dollar AS.
Faktor lain, Denon menyatakan, pasokan pesawat yang beroperasi saat ini terbatas akibat efek menyusutnya permintaan akibat pagebluk covid-19 sebelumnya.
Ia mengaku tidak mempunyai hitungan pasti berapa persisnya jumlah pesawat yang aktif beroperasi saat ini, Namun, ia memperkirakan jumlahnya berkisar 50-60 persen dari jumlah pesawat yang beroperasi saat sebelum pandemi covid-19.
Di sisi lain, opsi untuk kembali mengoperasikan pesawat yang tidak aktif selama masa pandemi juga tidak mudah, dan perlu melalui proses yang memakan waktu. Sehingga, permintaan penerbangan lebih tinggi dari ketersediaan tempat duduk (seat) pesawat yang ada.
“Untuk bisa membuat pesawat yang tidak beroperasi lebih dari setahun menjadi layak terbang lagi harus masuk ke MRO. Nah, MRO ini kan ketersediaannya terbatas, jadi sekarang ini antrean pesawat untuk bisa layak terbang lagi dari MRO ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi maskapai,” terangnya. (Kontan.co.id/Muhammad Julian)