Seniman Semarang Jadi Bintang Video Musik Rich Brian Terbaru, Berkat Menang Kompetisi Parfum

Adapun yang melatarbelakanginya membuat karya dengan karakter tersebut ialah karena ia ingin menggambar dengan menggunakan sesedikit mungkin warna.

Ia menyadari, sebagai perupa jalanan yang menggeluti grafiti, warna menjadi kebutuhan untuk mengeksekusi gambar.

Agar tak menyulitkannya dalam mencari warna cat semprot maupun cat tembok, ia memilih 4 warna primer.

"Saya lupa kapan pastinya memiliki karakter gambar tersebut, tapi saat masih kuliah," ungkapnya.

Sebagai bungsu dari 2 bersaudara dan satu-satunya anak lelaki di keluarga, Yoga mengaku memiliki tantangan yang tak dipahami banyak orang.

Orang mengira sebagai anak bungsu dan satu-satunya anak lelaki, membuatnya menjadi sosok yang manja.

Padahal ia justru sadar harus menunjukkan kesuksesan dan kemandirian pada orang tua sebagai tanggung jawab atas kepercayaan orang tuanya.

Kedua orangnya yang berprofesi sebagai polisi tak pernah meminta bahkan memaksanya mengikuti jejak keduanya.

Ia dibebaskan untuk memilih pendidikan dan kesukaannya hingga akhirnya memutuskan mengambil studi di DKV Udinus.

"Sebagai pertanggung jawaban, saya juga lulus tepat waktu," ujarnya.

Meskipun mengaku ia seperti halnya mahasiswa dan anak muda lain yang kerap malas untuk kuliah dan mengerjakan tugas, namun ia selalu teringat kepercayaan kedua orang tuanya.

Terlebih, ia pun menyadari kedua orang tuanya yang telah purnatugas tentu berharap ia bisa mandiri dan menghidupi diri sendiri.

"Orang pikir previledge (keistimewaan, red) itu hidup yang enak, padahal previledge juga ada beban di situ. Ketika orang tua sudah percaya dan mendukung pilihan saya, ya saya harus membuktikan diri tidak akan mengecewakan mereka," tegasnya.

Kesibukan Yoga saat ini menerima pekerjaan komisi melalui sosial media, melakukan aktivitas berkesenian di kampung, dan membuat konten sosial media. (*)