Lonjakan Harga Pangan Berpotensi Tambah Angka Kemiskinan
angka kemiskinan akan meningkat jika kenaikan harga pangan terjadi pada komoditas strategis yang umumnya dibutuhkan oleh hampir semua masyarakat.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA – Harga sejumlah komoditas pangan terus mengalami kenaikan, terutama menjelang Hari Raya Iduladha, dan terus bertahan setelah momen itu.
Bahkan, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyebut, supply and demand terhadap komoditas pangan saat ini dinilai sedang tidak seimbang, sehingga bisa makin mendongkrak kenaikan harga pangan yang lebih ekstrem.
Ekonom Center Of Reform Economics (CORE), Yusuf Rendy Manelit menyebut, satu penyumbang inflasi di Indonesia adalah kenaikan harga pangan. Menurut dia, inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan berpotensi menambah angka kemiskinan di Indonesia.
“Kenaikan laju inflasi ada pengaruhnya terhadap batas garis kemiskinan, umumnya kenaikan inflasi juga akan meningkatkan garis kemiskinan. Kondisi inilah yang kemudian berpotensi meningkatkan jumlah penduduk miskin,” katanya, kepada Kontan, Minggu (10/7).
Terlebih, Rendy menekankan, angka kemiskinan akan meningkat jika kenaikan harga pangan terjadi pada komoditas strategis yang umumnya dibutuhkan oleh hampir semua masyarakat.
Oleh karenanya, ia berujar, perlu langkah mitigasi yang baik dari pemerintah dalam mengatasinya. Pertama, menurut dia, pemerintah perlu memastikan agar harga pangan ini tidak naik lebih menggila.
Hal itu bisa dilakukan dengan memantau ataupun operasi pasar, dan memastikan produksi komoditi pangan, khususnya pangan strategis mencukupi, setidaknya sampai dengan akhir 2022.
“Sehingga ketika konsumen meningkatkan permintaan terhadap komoditas pangan ini tidak akan diikuti dengan kenaikan laju harga,” jelasnya.
Kedua, bantuan langsung yang diberikan oleh pemerintah. Rendy menyatakan, sebenarnya bantuan yang disalurkan pemerintah saat ini yang antara lain memberikan subsidi dalam bentuk sembako sudah tepat. Sehingga, hal ini dapat menjaga daya beli masyarakat ketika terjadi kenaikan harga pangan.
Namun, ia menilai, dalam keadaan seperti sekarang, mereka yang mendapatkan batuan bukan hanya mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan, tetapi juga masyarakat yang hidup di sekitar garis kemiskinan.
“Saya kira masyarakat yang katakanlah hidup di sekitar garis kemiskinan juga perlu mendapatkan perhatian bantuan jika memang nanti harga pangan mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Hal ini dimaksudkan agar angka kemiskinan kita tidak bertambah,” terangnya.
Seperti diketahui, kenaikan harga pangan telah terjadi di beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan itupun mengakibatkan lonjakan inflasi di dalam negeri. Bahkan, inflasi melampaui level yang ditetapkan pemerintah sebesar 2-4 persen pada APBN 2022.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono mengungkapkan, lonjakan harga cabai rawit menjadi satu pendorong utama inflasi Juni 2022 yang tembus 4,35 persen year on year (yoy). Realisasi inflasi pun tercatat tertinggi sejak Juni 2017.
"Penyumbang inflasi pada Juni berasal dari komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan telur ayam ras," terangnya. (Kontan.co.id/Lailatul Anisah)