Program PINTAR
Tingkatkan Kualitas Pendampingan Keluarga Beresiko Stunting di Brebes, Tanoto Foundation Latih Nakes
Stunting menjadi salah satu masalah kesehatan Indonesia yang cukup mengkhawatirkan karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM - Stunting menjadi salah satu masalah kesehatan Indonesia yang cukup mengkhawatirkan karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia masih berada pada angka 24,4 persen atau dialami sekitar 5,33 juta balita.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan tidak mendapatkan stimulasi psikososial yang cukup terutama yang terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kehidupan).
Dampaknya, perkembangan fisik dan perkembangan otak anak dapat terganggu sehingga terjadi penurunan kapasitas intelektual yang akan berpengaruh pada produktivitas saat dewasa, serta meningkatkan risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, dan stroke.

Untuk mencapai target Presiden Jokowi menurunkan angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024, diperlukan upaya yang intensif, terstruktur dan terkoordinasi yang melibatkan seluruh jajaran pemerintahan mulai dari provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa, serta pendampingan dari lembaga swasta, organisasi filantropi, akademisi dan media.
Sejak diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 yang menunjuk BKKBN sebagai ketua pelaksana program percepatan penurunan stunting, berbagai upaya dan inisiatif telah dilakukan.
Salah satunya adalah dengan membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang merupakan sebuah langkah preventif dan promotif dalam mengatasi permasalahan stunting pada keluarga beresiko stunting.
Saat ini terdapat 200,000 TPK atau 600,000 orang anggota TPK yang terdiri dari bidan, kader PKK dan kader KB yang bertugas mendampingi dan mengedukasi keluarga-keluarga tersebut.
Tanoto Foundation melalui program Pengembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini (Early Childhood Education and Development atau ECED) mengadakan pelatihan Penyegaran Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) kepada tenaga kesehatan seperti bidan, ahli gizi, dan anggota TPK Desa Kluwut Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Usai pelatihan, tenaga kesehatan dari Puskesmas dan Bidan Koordinator diharapkan mampu melakukan kunjungan dan monitoring, serta dapat melakukan pendataan anak usia dini yang stunting setiap bulannya.
“Bidan Desa sebagai TPK juga mampu mengajarkan konseling dan pendampingan kepada TPK yang lain di wilayah kerjanya masing-masing,” ujar dr. Rudi Pangarsaning Utami, M.Kes. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat.
Tema yang dipelajari dalam pelatihan ini yaitu, Konsep PMBA, peran ayah, pemberian ASI, pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan makanan pendamping ASI (MP-ASI), pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, gizi dan kesehatan ibu, serta rujukan anak sakit ke fasilitas Kesehatan.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan, dan Penggerakan DP3KB Kabupaten Brebes, Kambali, S.KM, M.Kes dalam kesempatan tersebut menyampaikan, setelah pelatihan ini para peserta khususnya TPK, diharapkan bertambah lagi wawasan praktiknya di lapangan.
“Mereka membantu menyiapkan calon pengantin atau catin, sampai ibu hamil, sehinggga dengan persiapan-persiapan itu, anak yang dilahirkan dapat dicegah stuntingnya,” paparnya.(*)