Rajapaksa Sempat Kesulitan untuk Kabur, Sri Lanka Umumkan Keadaan Darurat
Protes pecah di seluruh ibu kota Colombo ketika berita mengenai pelarian Rajapaksa tersiar pada Rabu.
Polisi menembakkan gas air mata untuk menahan mereka agar tidak menyerbu kompleks itu, dan para pejabat mengumumkan keadaan darurat nasional untuk menangani situasi di negara itu, kata juru bicara perdana menteri, Dinouk Colombage, kepada AFP.
Polisi memberlakukan jam malam tanpa batas di Provinsi Barat, termasuk Colombo, untuk mengatasi situasi, kata seorang perwira polisi senior.
Meniggalkan negara
Rajapaksa terpilih sebagai presiden pada 2019 yang menjanjikan keamanan dan stabilitas. Tetapi, langkah untuk memotong pajak menghabiskan pendapatan pemerintah, dan negara mulai kehabisan bahan bakar, makanan, dan obat-obatan karena tidak mampu lagi mengimpornya.
Presiden dituduh tidak kompeten secara ekonomi, dan opini publik berbalik menentang Gotabaya dan keluarga Rajapaksa yang lebih luas, yang telah mendominasi politik Sri Lanka selama hampir 20 tahun.
Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada Mei lalu, setelah protes massal yang dimulai pada Maret berubah menjadi kekerasan.
Cabang lokal kelompok anti-korupsi Transparency International telah mengajukan kasus hukum untuk melarang Gotabaya dan lima orang lainnya, termasuk saudara lelakinya dan mantan menteri keuangan Basil, meninggalkan negara itu. (Tribunnews)