MRI Dari DBHCHT
IDI Harapkan Tarif MRI di RSUD Kudus Lebih Murah
IDI mendukung pengadaan alat kesehatan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Penulis: raka f pujangga | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendukung pengadaan alat kesehatan Magnetic Resonance Imaging (MRI) melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) Kudus di RSUD dr Loekmono Hadi Kudus.
Ketua IDI Kabupaten Kudus, Ahmad Syaifuddin menjelaskan, keberadaan MRI dinilai dapat menjadi alat penunjang diagnosis bagi dokter untuk membantu penyembuhan pasien.
Menurutnya, MRI punya banyak kelebihan dibandingkan Computerized Tomography (CT) scan.
"Kelebihannya memang MRI ini dari segi radiasi tidak ada bila dibandingkan CT scan dan memiliki jaringan lunak yang lebih bagus," jelas dia.
Sehingga MRI dinilai memiliki modalitas yang dapat sangat menolong dalam penegakan diagnosis yang lebih akurat.
"Karena alat ini memiliki pencitraan yang lebih baik," ucap dia.
Fungsinya pun beragam, mulai dari mengetahui kondisi pasien yang memiliki keluhan syaraf terjepit, tulang retak dan tumor otak.
"Alat ini bisa memberikan imaging yang lebih baik untuk mengetahui kondisi organ dalam tubuh manusia," jelasnya.
Bahkan ketersediaan alat tersebut untuk saat ini di eks Karesidenan Pati hanya ada satu unit yang tersedia di sebuah rumah sakit swasta di Kudus.
Sehingga rencana pengadaan MRI di Kabupaten Kudus akan semakin memudahkan masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan.
"Alat MRI di RSU ini tentu sangat membantu, karena baru satu rumah sakit yang punya di Kudus ini," ujar dia.
Kendati demikian, IDI Kabupaten Kudus mengharapkan agar tarif penggunaan MRI itu dapat lebih terjangkau dibandingkan MRI yang tersedia di rumah sakit swasta.
Pasalnya MRI itu dibeli melalui DBHCHT yang berasal dari warga masyarakat, sehingga tarif penggunaannya juga bisa lebih murah.
"Harapan saya, karena alat ini dibeli dari dana cukai. Mohon kiranya membuat tarifnya juga memperhatikan kebutuhan masyarakat," jelas dia.
Apalagi RSUD dr Loekmono Hadi Kudus hanya investasi untuk operasional dan perawatan peralatannya.
"Investasi rumah sakit untuk MRI ini kecil, hanya untuk operasionalnya sehingga tarifnya kalau bisa juga lebih terjangkau," jelas dia.
Selanjutnya, dia juga berharap pengadaan alat kesehatan juga mempertimbangkan kondisi ketersediaan di rumah sakit lain.
Sehingga pengadaan alat kesehatan itu juga tidak menimbulkan persaingan antar rumah sakit.
Namun pihaknya berharap alat kesehatan itu juga bisa saling bersinergi dengan rumah sakit lainnya.
"Jangan sampai rumah sakit itu membuat keunggulan layanan kesehatan yang sama sehingga malah menimbulkan persaingan yang cukup baik," jelas dia.
Dia mencontohkan, di Kabupaten Kudus belum ada rumah sakit yang menawarkan layanan pusat kanker.
Banyak pasien dari wilayah eks karesidenan Pati, dirujuk ke Kota Semarang untuk mendapatkan layanan tersebut.
Sehingga pihaknya mengusulkan alokasi DBHCHT mendatang juga bisa membangun layanan kesehatan khusus kanker.
"Kudus ini belum ada untuk pusat kanker, pasien masih harus dirujuk ke Semarang, sehingga harapannya bisa ada di Kudus," jelas dia. (*)