Kisah Bisnis Oleh-oleh Komis Kota Lama Semarang Mulai Raup Omzet
Pusat oleh-oleh Komis Kota Lama Semarang yang omzetnya semakin meningkat menyusul membaiknya sektor pariwisata.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pusat oleh-oleh di Kota Semarang kembali bergeliat seiring dengan pelonggaran aktivitas masyarakat di tengah meredanya pandemi Covid-19.
Hal itu di antaranya turut dirasakan pusat oleh-oleh Komis Kota Lama Semarang yang omzetnya semakin meningkat menyusul membaiknya sektor pariwisata.
"Omzet sudah mulai naik, awalnya sepi.
Dengan kondisi ini naiknya lumayan, apalagi weekend tambah ramai. Banyak produk yang kosong, habis," ucap tim pengawas Komis, Irfan wahyudi baru-baru ini.
Irfan menyebutkan, awal pusat oleh-oleh tersebut dibuka lalu telah merasakan sepinya pengunjung dan juga pembeli.
Adapun peningkatan mulai terlihat awal tahun 2022.
Disebutkan, terjadi peningkatan penjualan cukup drastis dibandingkan dengan kondisi pandemi.
"Kami mulai persiapannya tahun 2019 akhir. Awal 2020 baru didesain, kemudian April 2021 mulai berjalan.
Tahun 2021 kami mengalami prihatin dan sepi. Baru mulai melonjak pendapatan ideal awal 2022.
Dulu (merebaknya pandemi Covid-19) terkadang (omzet) tidak sampai Rp 1 juta, sekarang sudah di atas Rp 30 jutaan (per bulan)," sebutnya.
Pusat oleh-oleh Komis Kota Lama Semarang terletak di dalam gedung District 22 Kota Lama Semarang.
Disebutkan lebih lanjut, kepengurusan pusat oleh-oleh tersebut sebagian besar yakni oleh kaum milenial yang mendapat beasiswa dari Sriboga. Sementara pengawasannya dilakukan langsung oleh Sriboga.
Adapun produk-produk yang dijual di pusat oleh-oleh tersebut merupakan produk-produk UMKM baik berbasis terigu maupun non terigu.
Menurut Irfan, ada sekitar 300 produk yang dijual di pusat oleh-oleh dengan sistem koperasi itu.
Oleh-oleh yang disediakan bervariasi. Selain oleh-oleh khas Kota Semarang, juga dari berbagai daerah di Jawa Tengah.
"Kalau yang tergabung di sini ada sekitar 300 jenis produk.
Produk-produk ini dari sekitar 35 anggota. Itu 80 persennya, sedangkan 20 persennya lagi dari channel.
Kalau produk-produk yang ada di sini 70 persen berbasis terigu, 30 persennya umum karena ada sovenir, kerajinan, dan lainnya.
Makanannya ada variasi roti, bakmi, lumpia frozen, macam-macam," ujarnya.
Di sisi lain dia menambahkan, adapun selain dijual di toko, produk-produk tersebut juga dijual melalui marketplace.
Menurut dia, penjualan secara daring itu juga turut berkontribusi terhadap penjualan secara keseluruhan.
"Kebetulan kami juga jual produk melalui marketplace.
Kebanyakan orang luar Semarang yang sempat berkunjung ke Semarang, beli di sini cocok, belanja lagi.
Penjualan online juga ramai.
Bermacam-macam yang dicari mulai bandeng presto, wingko babat, paling dominan lumpia," tukasnya.
Adapun secara offline melalui toko, di pusat oleh-oleh tersebut juga terdapat sejumlah stand layaknya food court.
Pengunjung dapat menikmati kuliner di tempat duduk yang tersedia di sana. (idy)