Pesawat Jatuh di Blora

Cerita Mistis Mbah Suro Nginggil Blora Dekat Lokasi Jatuhnya Pesawat TNI AU T50i Golden Eagle

Ternyata ada cerita rakyat tentang keramatnya tempat yang biasa disebut dengan pertapaan Suro Nginggil yang terletak di Desa Nginggil, Blora

Penulis: ahmad mustakim | Editor: galih permadi

TRIBUNJATENG.COM, BLORA – Ternyata ada cerita rakyat tentang keramatnya tempat yang biasa disebut dengan pertapaan Suro Nginggil yang terletak di Desa Nginggil, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Insiden Pesawat jenis T-50i Golden Eagle jatuh di Desa Nginggil, pada Senin (18/7/2022) ini pun tak lepas dari kepercayaan yang beredar di masyarakat.

Konon, desa Nginggil memiliki sejarah yang mistis. 

Baca juga: Seluruh Puing Pesawat T 50i Golden Eagle Jatuh di Blora Telah Dievakuasi

Info grafis kronologi jatuhnya pesawat TNI AU di Blora
Info grafis kronologi jatuhnya pesawat TNI AU di Blora (TRIBUN JATENG/BRAM KUSUMA)

Salah satunya pernah melahirkan tokoh sakti bernama Mbah Suro Nginggil.

Seorang tokoh fenomenal yang menjadi fakta sejarah di desa tersebut. 

Salah satu sesepuh Desa Nginggil, Teguh menceritakan bahwa dirinya masih garis keturunan dari Mbah Suro Nginggil.

"Mbah suro nginggil itu masih pak de kulo (saya, red), ini punden e tiang nginggil sedaya (pundennya semua orang, red)," ucapnya kepada tribunmuria.com, Selasa (19/7/2022).

Dijelaskannya, punden yang ada di hutan pertapaan ini merupakan cikal bakal munculnya desa Nginggil ini.

"Dipakai bertapa itu bukan. Tapi ini adalah cikal bakal Desa," ungkapnya.

"Mbah Kudusudomo itu istilahnya merupakan sesuatu yang gaib (tidak kelihatan) mbah siti juwariyah sing ngerso mriki (yang menginginkan di sini (punden)," tambahnya.

Disampaikannya, ketika rumah pada punden ini ambruk, banyak orang Nginggil yang meninggal.

"Akhirnya dibangun kembali. Doro ambyok istilahnya" ucapnya.

Sembari menunjukkan punden yang berada di hutan perbukitan, Teguh mengatakan rumah punden yang sekarang merupakan buatan bangunan baru.

"Terus tidak ada orang sakit, tidak ada orang meninggal," ujarnya.

Punden ini juga digunakan saat perayaan sedekah bumi.

"Ini tergantung desa, sebab istilahnya, kudusudomo ini orang islam," kata dia.

"Nanti hajatan nggih enten (ya ada, red) di sini di desa nggih ada," imbuhnya.

Ia menuturkan, untuk perayaan budaya ataupun kesenian jarang dilaksanakan.

"Biasanya kalih tahlilan hajatannya," tuturnya.

Diterangkannya, Mbah Suro Nginggil bukan kiai, melainkan aslinya seorang lurah.

"Kesetiannya istimewa. Kadigdayan e (kebesarannya, red), disungkani tiang kathah (dihormati banyak orang), wibawa," terangnya.

Ia mengatakan itu sekitar tahun 1965-1966. Maka ia menegaskan wajib hukumnya dibangunkan rumah pada punden tersebut.

"Karena mbah kudusudomo dan mbah juwariyah mau sholat nggak ada tempat," sambung cerita sesepuh desa Nginggil ini.

Dalam perhelatan hajat di punden ini masih menggunakan sesaji, karena untuk syarat adat jawa.

"Iya masih ada dupa. Tapi yang hajatan ngambilnya hanya kepala, swiwi (sayap) dan cakar.

Kemudian yang memimpin doa dalam hajatan tersebut menggunakan lafadz jawa dan arab termasuk juga ada tahlilan.

Adapun Desa Nginggil merupakan sebuah desa di perbatasan Jawa Tengah–Jawa Timur.

Secara historis, desa ini tercatat pernah melahirkan seorang tokoh fenomenal bernama Eyang Suro Nginggil.

Seorang lurah (Kepala Desa) yang memiliki kelebihan ilmu pengobatan alternatif dan kesakitan yang luar biasa.

Karena kelebihannya itu, sang Lurah diberi gelar oleh rakyatnya dengan nama Pendhito Gunung Kendheng.

Dilansir dari laman resmi BPS Kabupaten Blora, Jumlah Penduduk Desa Nginggil hanya berada diangka 433 Jiwa.

Jumlah itu merupakan yang terendah se-Kecamatan Keradenan.

Ditambah lagi, Desa Nginggil mempunyai wilayah yang cukup luas, yakni 12.18 km².

Hal ini tentu sangat kontradiktif. Berbeda dengan desa lain yang jumlah penduduknya tinggi meski luas wilayahnya minim. (kim)

Baca juga: Grafis Kronologi Detik-detik Jatuhnya Pesawat TNI AU T50i Golden Eagle di Blora: Blind!

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved