Negara-negara UE Mulai Batasi Konsumsi Hadapi Pemotongan Gas Rusia
UE menyetujui rancangan undang-undang Eropa yang dirancang untuk menurunkan permintaan gas sebesar 15 persen dari periode Agustus hingga Maret.
Para menteri energi UE juga memberikan pengecualian untuk negara-negara kepulauan seperti Irlandia, Siprus, dan Malta yang tidak memiliki banyak alternatif energi.
Para menteri energi UE juga membatalkan ketentuan dalam rancangan undang-undang yang memberi Komisi Eropa kekuatan untuk mengubah tindakan sukarela ke tindakan wajib.
Sebaliknya, para menteri memastikan setiap keputusan mengenai langkah-langkah wajib akan berada di tangan pemerintah nasional.
Undang-undang itu didasarkan pada proposal 20 Juli dari Komisi Eropa, yang ingin melindungi UE dari dampak perang di Ukraina, yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Pembatasan konsumsi gas itu diharapkan akan membantu negara-negara UE melewati musim dingin jika sewaktu-waktu Rusia menghentikan pengiriman gasnya secara total.
Kesepakatan yang disetujui pada Selasa lalu itu menandai integrasi kebijakan Uni Eropa dan manajemen krisis. Inisiatif legislatif UE pada sektor energi di masa lalu sering kali membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk mencapai kata sepakat.
“Kami memiliki cetak biru untuk bertindak bersama dengan cara yang terkoordinasi. Ini adalah ujian bagi persatuan dan tekad serikat," kata Komisaris Energi UE, Kadri Simson, setelah perjanjian itu ditandatangani.
Meskipun UE telah setuju untuk mengembargo minyak dan batu bara Rusia mulai akhir tahun ini, blok tersebut terlihat menahan diri untuk tidak menjatuhkan sanksi pada gas alam Rusia karena Jerman, Italia, dan beberapa negara anggota lainnya sangat bergantung pada gas impor.
Adapun, UE dikabarkan tengah mengadakan kesepakatan impor gas LNG dengan perusahaan energi dari Nigeria. Langkah itu diambil UE sebagai upaya untuk memangkas ketergantungan Eropa terhadap pasokan gas Rusia.
Rencana tersebut diketahui publik setelah wakil direktur energi Komisi Eropa, Matthew Baldwin menggelar pertemuan dengan pejabat dari produsen energi gas terbesar Afrika pada akhir pekan lalu, guna membahas kesepakatan impor gas LNG yang akan dilakukan UE.
Belum diketahui bagaimana hasil kesepakatan ekspor itu akan berakhir, namun mengutip dari Reuters, nantinya UE akan meningkatkan pasokan gas dari perusahaan Nigeria LNG dan Delta Niger sebanyak 80 persen.
“Jika kita bisa mendapatkan hingga di atas 80 persen pada saat itu, mungkin ada tambahan LNG yang bisa tersedia untuk kargo spot yang akan datang ke Eropa,” jelas Baldwin.
Sebagai informasi, ekspor ini bukanlah kali pertama yang dilakukan Nigeria. Sebelumnya di 2021 silam, Nigeria telah mengekspor 23 miliar meter kubik (bcm) gas ke Uni Eropa, akan tetapi angka tersebut terus mengalami penurunan.
Hal itu terjadi karena produksi minyak dan gas di Nigeria terhambat oleh aksi pencurian. Tak hanya itu, adanya kerusakan jaringan pada pipa terminal gas Nigeria LNG Ltd yang berlokasi di Pulau Bonny juga jadi alasan mengapa Nigeria selalu gagal meningkatkan kapasitas produksi gas diatas 60 persen.
Namun, dengan meningkatkan keamanan di kilang gas Delta serta membuka kembali operasi pipa Trans Niger pada Agustus mendatang, Nigeria yakin bahwa pihaknya dapat kembali meningkatkan pasokan energi ke Eropa selama beberapa bulan ke depan.
Rencana itu juga sejalan dengan ambisi negara-negara anggota Uni Eropa yang saat ini tengah mengurangi penggunaan gas dari Rusia sebesar 15 persen, dimulai dari Agustus 2022 hingga Maret 2023 mendatang. (Tribunnews)