Berita Sragen
Tradisi 1 Suro, Prosesi Larap Slambu Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus Sragen
Muharam atau Suro menjadi bulan spesial bagi masyarakat muslim Jawa, termasuk di Makam Pangeran Samudro Gunung Kemukus,
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Muharam atau Suro menjadi bulan spesial bagi masyarakat muslim Jawa, termasuk di Makam Pangeran Samudro Gunung Kemukus, Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang.
Bulan pertama dalam kalender Hijriah dan tahun Jawa ini dirayakan dengan tradisi Larap Slambu (Pencucian Kelambu) makam Pangeran Samudro.
Ritual larap slambu sendiri mengandung filosofi sebagai wujud syukur dan menyucikan diri dengan air yang didapat dari sumber kehidupan.
Meski dua tahun lalu sempat dilaksanakan secara sederhana dan terbatas, pada tahun ini Larap Slambu di New Kemukus kembali digelar cukup meriah.
Bupati Sragen, dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati pun untuk pertama kalinya mengikuti bagian prosesi ritual pencucian kelambu, yang dilaksanakan Sabtu (30/7/2022) kemarin.
Ritual larap slambu, diawali dengan pelepasan kelambu Makam Pangeran Samudro, oleh Bupati Yuni dan Ketua DPRD Sragen, Suparno, yang kemudian diserahkan kepada Camat Sumberlawang, didampingi Camat Miri, dan ada dua tokoh masyarakat setempat. Serta diiringi oleh 40 pengawal berkostum ala prajurit kerajaan.
Selanjutnya kelambu itu dikirab menuju ke anak Sungai Serang untuk dicuci.
Seorang Putri Sukowati yang juga Duta Wisata Kabupaten Sragen membawa nampan berisi bunga mawar menjadi pimpinan rombongan kirab.
Di depannya ada sepasang laki-laki dan perempuan yang berjoget sebagai penunjuk jalan atau cucuk lampah.
Sebanyak enam tandon air telah disiapkan untuk membilas kelambu makam Pangeran Samudro.
Air tersebut berasal dari sejumlah sendang dan mata air tua.
Warga dari berbagai penjuru daerah, mulai dari Bandung, Sumedang, Sukabumi, Serang, hingga Sumatera, berkumpul di sekitar lokasi pembilasan.
Mereka ingin menyaksikan prosesi pembilasan yang menjadi rangkaian akhir dari ritual pencucian kelambu makam Pangeran Samudro.
Dalam kesempatannya, Bupati Yuni mengaku sengaja ikut serta dalam ritual karena ingin meneguhkan ke masyarakat bahwa rebranding New Kemukus berhasil.
Pihaknya ingin menunjukkan jika dirinya tidak ragu-ragu untuk mengenalkan Gunung Kemukus dengan stigma yang baru.