Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Baku Tembak Pecah di Perbatasan, Serbia dan Kosovo di Ambang Perang Lagi

Ketegangan terjadi di Kosovo utara, ketika penduduk etnis Serbia memblokir jalan-jalan, dan orang-orang bersenjata tak dikenal menembaki polisi.

Editor: Vito
Kompas.com/Wikimedia Commons/Spc. Sean A. Terry
Ilustrasi - Tentara AS mengendalikan penduduk Albania di Kosovo pada 9 Januari 2000. 

Pada Minggu, Vucic menyampaikan pidato, menyalahkan Kosovo karena melanggar hak asasi manusia warga Serbia. Ia menegaskan, warganya tidak akan mengalami kekejaman lagi.

Adapun, Kosovo menuduh Serbia mengobarkan kerusuhan dan berusaha merusak aturan hukum di provinsi yang memisahkan diri itu.

“Pemerintah Republik Kosovo mencintai, menghormati, dan melaksanakan hukum dan konstitusionalisme, perdamaian dan keamanan, untuk semua warga negara tanpa membeda-bedakan dan untuk seluruh negara kita bersama,” kata Kurti membela keputusan negaranya.

Kosovo, menurutnya, kini menghadapi chauvinisme nasional Serbia dan menerima informasi yang salah dari Beograd. Ia mendesak warganya untuk waspada.

Kurti menyalahkan Presiden Serbia Aleksandar Vucic dan komisarisnya Kosovo Petar Petkovic atas tindakan agresif dan sikap mengancam dari Beograd.

Kepala Staf Presiden Kosovo, Vjosa Osmani di Twitter menuduh Serbia memainkan "peran spoiler" di Eropa atas nama Rusia. Blerim Vela menuduh Vucic melakukan pengulangan buku pedoman Putin, mengacu pada klaim NATO tentang perilaku Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina.

Vela juga mengklaim Serbia Kosovo telah mendirikan barikade atas perintah langsung Vucic, dan menyebutnya sebagai upaya terang-terangan untuk merusak supremasi hukum.

Sementara, pasukan penjaga perdamaian pimpinan NATO dari misi KFOR dalam sebuah pernyataan menyebut situasi keamanan di utara Kosovo tegang.

Eropa pun dibayangi risiko perang kedua setelah perang Rusia-Ukraina yang pecah sejak 24 Februari 2022 dan masih terus berlangsung hingga saat ini.

Ketegangan besar terakhir di kawasan itu terjadi pada September 2021 ketika ratusan etnis Serbia melakukan protes setiap hari dan memblokir lalu lintas di dua penyeberangan perbatasan.

Kemarahan mereka dipicu oleh keputusan Pristina yang mewajibkan pengemudi dengan pleat nomor Serbia untuk memakai pelat sementara saat memasuki Kosovo. Mereka yang masuk dari Kosovo harus melakukan hal yang sama di Serbia.

Pembicaraan yang dipimpin Uni Eropa antara Kosovo dan Serbia yang diluncurkan pada 2011 sejauh ini gagal mencapai normalisasi hubungan. Kosovo sudah diakui oleh sekitar 100 negara, termasuk AS dan sebagian besar negara Uni Eropa, tetapi Serbia menolak untuk melakukannya. (Kompas.com/Tribunnews)

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved