Penerapan MyPertamina Jadi Solusi Kendalikan Konsumsi BBM Subsidi
Upaya Pertamina untuk menggunakan aplikasi digital jadi jalan untuk menyeleksi siapa-siapa saja yang berhak menerima BBM subsidi.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) mencatatkan kenaikan konsumsi BBM subsidi yakni Solar dan Pertalite pada semester I/2022.
Hal itupun menyebabkan kuota BBM subsidi semakin menipis, dan diprediksi hanya bertahan sampai September.
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menilai, kuota Pertalite yang akan habis berpotensi mengakibatkan kelangkaan Pertalite ke depan. Pemerintah harus segera mengambil sikap agar tidak lagi terjadi kegaduhan.
Dalam mengontrol konsumsi BBM, sistem kuota cenderung tidak efektif, karena mengakibatkan kelangkaan pada berbagai tempat, serta punya potensi kebocoran yang besar.
“Upaya Pertamina untuk menggunakan aplikasi digital jadi jalan untuk menyeleksi siapa-siapa saja yang berhak menerima BBM subsidi. Tinggal implementasi penggunaan aplikasi tersebut yang kini harus bisa disiapkan dan dieksekusi dengan baik,” katanya, di Jakarta, Selasa (2/8), melalui keterangannya.
Josua menuturkan, percepatan penerapan aplikasi MyPertamina bagi masyarakat dapat mengatasi hal ini, karena aplikasi dapat secara tepat mengatur jumlah konsumsi bagi masing-masing konsumen.
Sementara pada sistem kuota, masyarakat mampu dapat membeli Pertalite lebih banyak, karena memiliki daya beli yang lebih besar.
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, menyatakan, peningkatan konsumsi Pertalite tahun ini terjadi seiring dengan hilangnya BBM jenis Premium dari pasaran.
Berdasarkan kalkulasi yang dilakukan Reforminer Institute, kebutuhan normal Premium adalah kisaran 28-30 juta KL.
Hal tersebut karena sebelum adanya program penghapusan Premium, konsumsi Pertalite sudah 22 juta KL. Sementara konsumsi Premium Status terakhir sekitar 6-8 juta KL.
"Jadi wajar kalo 23 juta KL maksimal hanya sampai Agustus atau September 2022, karena itu menjadi penting agar ada pengaturan tepat sasaran," ucapnya.
Komaidi menilai, rencana untuk melakukan pembatasan pembeli Pertalite maupun Solar melalui revisi Perpres dengan menggunakan aplikasi digital tetap akan sulit menahan jebolnya volume BBM subsidi tahun ini jika mekanisme penyaluran subsidi tetap ke barang.
"Tentu kalau efektif 100 persen sulit dilakukan (pengaturan pembatasan BBM subsidi-Red). Namun, ini upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak saja sifatnya. Memang idealnya subsidinya langsung bukan ke barang. Sepanjang masih ke barang kebocoran akan tetap ada," tandasnya.(Kompas.com)