Berita Sukoharjo

Abu Bakar Ba'asyir dan Ponpes Al Mukmin Ngruki di Mata Warga

Video Abu Bakar Ba'asyir mengakui Pancasila sebagai dasar negara Indonesia viral di media sosial.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: Catur waskito Edy
khoirul muzaki
Bupati Sukoharjo Etik Suryani kerja bakti bersih-bersih bersama santri Al Mukmin Ngruki di Solo Baru, Grogol, Minggu (31/7/2022) 

TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO -- Video Abu Bakar Ba'asyir mengakui Pancasila sebagai dasar negara Indonesia viral di media sosial. Ba'asyir mengakui pemahamannya telah berubah tentang Pancasila. 

Dahulu, ia mengaku sempat menganggap Pancasila syirik. Tapi setelah ia mempelajari lebih lanjut, termasuk melihat sisi historis pencetusan Pancasila oleh para founding fathers, pandangannya tentang ideologi bernegara itu berubah. 

Ba'asyir menilai, tidak mungkin ulama kala itu menyetujui Pancasila sebagai dasar negara jika itu syirik. 

Ia pun berpandangan, ulama menerima Pancasila karena dasarnya Tauhid yang terkandung dalam silakan pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. 

"Indonesia berdasar Pancasila itu, mengapa disetujui ulama, karena dasarnya Tauhid, Ketuhanan Yang Maha Esa,”katanya katanya

Abu  Bakar Ba'asyir selama ini sering dikaitkan dengan serangkaian aksi terorisme di Indonesia. Bahkan ia harus mendekam lama di penjara setelah divonis 15 tahun karana kasus terorisme. 

Lembaga yang dipimpinnya, Ponpes Al Mukmin Ngruki pun ikut kena imbas. Ponpes yang terletak di Desa Cemani Kecamatan Grogol, Sukoharjo itu ikut dicap sebagai sarang atau pencetak teroris. 

Padahal, menurut Kepala Desa Cemani Hadi Indriyanto, Ponpes Al Mukmin Ngruki tidak ada hubungannya sama sekali dengan kasus yang menjerat pimpinannya. 

Jika pun ada alumni Ponpes yang melakukan aksi teror, itu tidak bisa dikaitkan dengan almamaternya. 

"Kan ada juga teroris alumni kampus mana, atau lembaga mana, jadi itu almamater tidak bisa dikaitkan, " katanya

Ia mengatakan, pandangan masyarakat akan berubah ketika melihat langsung pendidikan di Ponpes Al Mukmin Ngruki dan kehidupan di dalam pesantren itu. 

Ia melihat tidak ada yang aneh dalam kurikulum pembelajaran di Ponpes itu, alias tidak mengajarkan santrinya untuk berbuat kekerasan. 

Ia mengatakan, santri yang berjumlah sekitar 1200 orang di Ponpes itu juga memiliki hubungan sosial yang baik dengan masyarakat. Mereka tidak menutup diri dari lingkungan sekitar. 

Demikian juga dengan pengasuhnya, terutama Abu Bakar Ba'asyir yang dikenal baik dan disegani oleh masyarakat. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved