Liputan Khusus
Pendaftar Mypertamina di Jateng - DIY Capai 97.000 Orang, Kuota Pertalite hanya Sampai September
Saat ini proses pendaftaran subsidi tepat MyPertamina masih berlangsung. Khusus wilayah Jateng dan DIY, hingga kini, pendaftar Subsidi Tepat MyPertami
Terpisah, Lussy seorang pengusaha rental mobil mengaku tidak khawatir dengan pembatasan dan pengaturan pembelian BBM subsidi. Dia yakin pertalite tetap ada di SPBU. Selain itu, bahan bakar untuk kendaraan rental ditanggung oleh konsumen.
"Memang akan ada pembatasan konsumsi untuk mobil di atas 1.500cc. Tapi hal itu tidak membuat peminat mobil selain Avanza atau Xenia turun. Toh juga yang pakai kebanyakan para pejabat," tuturnya.
Pembatasan konsumsi BBM subsidi menggunakan aplikasi dirasa Lussy terlalu berlebihan. Seharusnya pemerintah bisa menggunakan cara sederhana dengan membedakan mobil volume mesin di bawah 1.500cc. Itu lebih simpel pengaturannya.
"Tinggal suruh petugas SPBU saja yang mengarahkan mana mobil yang bisa isi Pertalite dan yang tidak. Kalau pakai aplikasi saya khawatir akan ada kesemrawutan di SPBU," pungkasnya.
Pendapatan Berkurang
Bambang seorang pengemudi ojek online mengeluhkan, sudah beberapa pekan terakhir kesulitan beli pertalite di SPBU. Akibatnya, dia terpaksa beli pertamax. Padahal harga pertalite dan pertamax selisih jauh, mencapai lebih dari Rp 4 ribu per liternya.
Itulah yang membuat Bambang pengemudi ojek online di Semarang mengeluh pendapatannya berkurang. Dari yang biasanya dia bisa mengantongi Rp 150 ribu per hari, kini maksimal hanya Rp 100 ribu karena terpotong biaya BBM.
"Karena sudah tidak ada pilihan lain. Mau isi Pertalite tapi di SPBU sering kosong. Padahal bensin di tangki tinggal dikit. Daripada cari SPBU lain yang belum tentu ada, ya terpaksa isi Pertamax," ujarnya.
Namun ketika Bambang terpaksa mengisi Pertamax, ia hanya akan cukup membeli 1 liter saja. Ketika menemukan SPBU yang menyediakan Pertalite, baru ia akan mengisi penuh tangki motornya. (tim-bersambung/tribun jateng cetak)