Liputan Khusus
Pendaftar Mypertamina di Jateng - DIY Capai 97.000 Orang, Kuota Pertalite hanya Sampai September
Saat ini proses pendaftaran subsidi tepat MyPertamina masih berlangsung. Khusus wilayah Jateng dan DIY, hingga kini, pendaftar Subsidi Tepat MyPertami
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Saat ini proses pendaftaran subsidi tepat MyPertamina masih berlangsung. Khusus wilayah Jateng dan DIY, hingga kini, pendaftar Subsidi Tepat MyPertamina telah mencapai sekitar 97.000 orang.
Semula, cakupan wilayah pendaftaran per 1 Juli 2022 hanya dibuka di Kota Surakarta sebagai satu-satunya untuk Provinsi Jateng. Kemudian mulai 11 Juli disusul Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap.
Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Brasto Galih Nugroho menyebutkan, pendaftar Subsidi Tepat MyPertamina di Jawa Tengah dan DIY telah mencapai sekitar 97.000 orang.
"Saat ini seluruh kota dan kabupaten di Jawa Tengah dan DIY sudah bisa mendaftar di subsiditepat.mypertamina.id. Per 3 Agustus 2022, pendaftar di Jawa Tengah dan DIY untuk Subsidi Tepat MyPertamina adalah 97.000," terang Brasto kepada Tribun Jateng, Minggu (7/8/2022).
Brasto menekankan, Pertamina saat ini belum mengumumkan secara resmi terkait kriteria jenis kendaraan roda empat dan roda dua yang diperbolehkan mengonsumsi pertalite subsidi dan solar subsidi.
Adapun disebutkan, konsumen Pertalite dan Solar dengan spesifikasi kendaraan saat ini sedang dikaji pemerintah.
"Untuk Solar subsidi, konsumennya diatur dalam Peraturan Presiden nomor 191 tahun 2014 salah satunya adalah mobil plat hitam. Tentunya Pertamina dapat mengadaptasi sistem di situs subsiditepat.mypertamina.id apabila telah terbit peraturan perundang-undangannya," terang Brasto.
Roda Dua Tanpa QR Code
Saat ini jenis kendaraan cc apapun bisa mendaftar. Adapun jika suatu ketika cc tertentu dilarang oleh pemerintah untuk membeli Pertalite dan Solar, Pertamina bisa sesuaikan di sistem sehingga QR code cc kendaraan yang dilarang tidak dapat digunakan untuk bertransaksi.
Di sisi lain Brasto menyatakan, proses pendaftaran Subsidi Tepat Mypertamina saat ini masih berlangsung. Sementara terkait waktu pengimplementasian QR code tersebut, saat ini pihaknya masih menunggu arahan kantor pusat.
"Saat ini masih masa pendaftaran Subsidi Tepat MyPertamina. Apabila (nantinya) sudah diimplementasi penggunaan QR code di SPBU, maka tanpa QR code tidak bisa membeli Pertalite dan Solar. Adapun (kendaraan) roda dua tidak perlu mendaftar karena pembelian Pertalite untuk roda dua tanpa menggunakan QR code," ungkap Brasto.
Mekanisme Pendaftaran
Pendaftaran di situs subsiditepat.mypertamina.id dimaksudkan untuk mendapatkan QR Code yang dapat dicetak di kertas atau ditangkap di layar telepon genggam. Kemudian, ditunjukkan ke petugas SPBU saat konsumen akan mengisi Pertalite atau Solar subsidi.
QR Code tersebut akan diperoleh dalam situs subsiditepat.mypertamina.id dan email setelah data diri dan data kendaraan yang didaftarkan terkonfirmasi cocok antara yang diinput dengan dokumen yang diunggah.
Nantinya saat proses implementasi, Petugas SPBU memindai QR code atau menginput nomor polisi kendaraan bermotor. Pembayaran BBM oleh konsumen tetap bisa menggunakan tunai, kartu kredit/debit, atau dengan aplikasi MyPertamina.
Mekanisme pendaftaran melalui website subsiditepat.mypertamina.id yakni dengan menyiapkan sejumlah dokumen yang diperlukan untuk kendaraan pribadi, yakni foto KTP, foto diri, foto STNK tampak depan dan belakang (dalam satu foto), foto kendaraan tampak semua (tampak depan dan sisi), dan foto kendaraan tampak nomor polisi.
Sementara itu, untuk kendaraan komersial barang, komersial umum, dan layanan umum memerlukan KIR sebagai dokumen tambahan.
Adapun untuk konsumen non kendaraan perlu menyiapkan foto KTP, foto diri, dan surat rekomendasi Instansi Pemerintah Daerah terkait. Semua dokumen tersebut berbentuk foto nantinya akan diminta unggah di website tersebut.
Brasto mengungkapkan pendaftaran dapat dilakukan di mana saja melalui telepon genggam, komputer, atau laptop yang terkoneksi dengan internet untuk mengakses website subsiditepat.mypertamina.id.
Masyarakat bisa menghubungi Pertamina Call Center 135 atau mendatangi booth konsultasi fisik yang disediakan di kota/kabupaten wilayah pendaftaran Subsidi Tepat MyPertamina.
September Habis
BPS menyatakan pada Triwulan II 2022 (yoy) konsumsi rumah tangga alami pertumbuhan sebesar 2,92 persen. Sedangkan saat ini Bank Indonesia masih memberikan acuan suku bunga 3,5 persen.
Maka tak heran jika dorongan konsumsi masyarakat bisa membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,4 persen. Salah satu faktornya adalah masih adanya subsidi BBM dan bansos.
Di sisi lain, pemerintah juga masih galau dengan ketersediaan kuota BBM subsidi jenis Pertalite dan Bio Solar yang semakin menipis pada tahun 2022. Pasalnya, berdasarkan hitung-hitungan Pertamina, kuota Pertalite hanya akan cukup memenuhi kebutuhan masyarakat hingga September nanti.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatakan kuota Pertalite pada tahun 2022 hanya 23 juta kilo liter. Sedangkan pada Juni lalu konsumsi Pertalite di Indonesia sudah mencapai 14,2 juta kilo liter.
"Untuk Bio Solar kuota yang disediakan sebesar 14,9 juta kilo liter. Sedangkan pada Juni 2022 sudah disalurkan sebanyak 8,3 juta kilo liter," terangnya.
Dari catatan yang dimilikinya, ada kenaikan konsumsi BBM subsidi pada bulan Januari-Mei 2022. Konsumsi Pertalite naik 21,16 persen, sedangkan Solar 22,7 persen.
"Maka dari itu, kuota BBM subsidi tahun 2022 menipis. Solar tersisa 6,6 juta KL dan Pertalite tinggal 8,8 juta KL," tegasnya.
Ia melanjutkan, apabila hal itu dibiarkan maka akan ada over kuota untuk Pertalite dan Solar. Diproyeksikan realisasi Pertalite tahun 2022 bisa mencapai 28 juta kilo liter. Sedangkan Solar bisa mencapai 17,3 juta kilo liter.
Dibuat Simpel
Terpisah, Lussy seorang pengusaha rental mobil mengaku tidak khawatir dengan pembatasan dan pengaturan pembelian BBM subsidi. Dia yakin pertalite tetap ada di SPBU. Selain itu, bahan bakar untuk kendaraan rental ditanggung oleh konsumen.
"Memang akan ada pembatasan konsumsi untuk mobil di atas 1.500cc. Tapi hal itu tidak membuat peminat mobil selain Avanza atau Xenia turun. Toh juga yang pakai kebanyakan para pejabat," tuturnya.
Pembatasan konsumsi BBM subsidi menggunakan aplikasi dirasa Lussy terlalu berlebihan. Seharusnya pemerintah bisa menggunakan cara sederhana dengan membedakan mobil volume mesin di bawah 1.500cc. Itu lebih simpel pengaturannya.
"Tinggal suruh petugas SPBU saja yang mengarahkan mana mobil yang bisa isi Pertalite dan yang tidak. Kalau pakai aplikasi saya khawatir akan ada kesemrawutan di SPBU," pungkasnya.
Pendapatan Berkurang
Bambang seorang pengemudi ojek online mengeluhkan, sudah beberapa pekan terakhir kesulitan beli pertalite di SPBU. Akibatnya, dia terpaksa beli pertamax. Padahal harga pertalite dan pertamax selisih jauh, mencapai lebih dari Rp 4 ribu per liternya.
Itulah yang membuat Bambang pengemudi ojek online di Semarang mengeluh pendapatannya berkurang. Dari yang biasanya dia bisa mengantongi Rp 150 ribu per hari, kini maksimal hanya Rp 100 ribu karena terpotong biaya BBM.
"Karena sudah tidak ada pilihan lain. Mau isi Pertalite tapi di SPBU sering kosong. Padahal bensin di tangki tinggal dikit. Daripada cari SPBU lain yang belum tentu ada, ya terpaksa isi Pertamax," ujarnya.
Namun ketika Bambang terpaksa mengisi Pertamax, ia hanya akan cukup membeli 1 liter saja. Ketika menemukan SPBU yang menyediakan Pertalite, baru ia akan mengisi penuh tangki motornya. (tim-bersambung/tribun jateng cetak)