Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Puisi

Sajak Peperangan Abimanyu WS Rendra

Sajak Peperangan Abimanyu WS Rendra. Berikut puisi WS Rendra: Jakarta, 2 September 1977 Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru.

Penulis: Ardianti WS | Editor: galih permadi
Net
Sajak Peperangan Abimanyu WS Rendra 

TRIBUNJATENG.COM- Sajak Peperangan Abimanyu WS Rendra.

Berikut puisi WS Rendra:

Jakarta, 2 September 1977

Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru.
Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya.
Hatinya damai,
di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,
karena ia telah lunas
menjalani kewjiban dan kewajarannya.

Setelah ia wafat
apakah petani-petani akan tetap menderita,
dan para wanita kampung
tetap membanjiri rumah pelacuran di kota ?
Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup.
Tetapi bukan itu yang terlintas di kepalanya
ketika ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka.
Saat itu ia mendengar
nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.

Perjuangan adalah satu pelaksanaan cita dan rasa.
Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan.
Di saat badan berlumur darah,
jiwa duduk di atas teratai.

Ketika ibu-ibu meratap
dan mengurap rambut mereka dengan debu,
roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala
untuk menanam benih
agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas
dari zaman ke zaman

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved