Berita Ungaran
Mengenal Joglo-joglo Asli Berusia Seabad Lebih dari Berbagai Kota di Melva Balemong Ungaran
Melva Balemong merupakan sebuah hotel, resort dan restoran di Jl. Patimura, Ungaran.
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Melva Balemong merupakan sebuah hotel, resort dan restoran yang berada di Jalan Patimura, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang bisa menjadi referensi untuk sarana rekreasi.
Di sana, pengunjung akan disuguhkan dengan desain arsitektur campuran dari budaya Jawa, China dan Belanda.

Di dalam areanya terdapat koleksi sejumlah bangunan berbentuk rumah joglo, yang dipergunakan sebagai tempat menginap ataupun pertemuan dengan berbagai jenis dan fasilitasnya.
Joglo-joglo nya yang berjumlah 12 pun asli dari peninggalan sejarah di berbagai wilayah di Jawa yang dipindahkan ke sana dan sebagian sudah berusia lebih dari satu abad.

Misalnya, Joglo Nugraha yang dibangun pada sekitar 1830 di Mranggen, Kabupaten Demak.
Kemudian Joglo Narendra di mana rumah tradisional yang dibuat di Kudus pada sekitar 1850 dan diklasifikasikan sebagai Royal Suite seluas sekitar 90 meter persegi.
Terdapat juga bangunan joglo dari Laweyan, Surakarta atau Solo yang diperkirakan berasal dari 1852.
Di joglo itu, terpasang pilar-pilar penyangga yang diartikan sebagai balung pisah yang artinya menyatukan keluarga dari berbagai daerah.
Pengunjung bisa mengunjungi laman balemong.com untuk melihat koleksi lainnya dari rumah joglo tersebut.

Selain untuk bermalam dan istirahat, terdapat juga restoran joglo bernama Kembul Bujana yang artinya makan bersama.
Bangunan restoran tersebut dibangun sekitar 1840 dan diambil dari wilayah Kudus.
Pengunjung tak hanya berekreasi dan menikmati kulinernya lantaran terdapat juga sebuah kolam renang.
Di tepi kolam renang itu juga terdapat sebuah joglo bernama Joglo Tirto, bisa digunakan sebagai salah satu outlet F&B dan banquet untuk gathering, pernikahan, dan kegiatan lain yang dibutuhkan oleh para tamu.
Joglo itu ditemukan di kabupaten Boyolali dan dibangun dari 1900-an dengan dinding dan pintu terawat dengan baik dengan ukiran kayu asli Jawa.
Berdasarkan penuturan pemilik dari Melva Balemong, Vinsensia Otty H, nama Balemong sendiri berasal dari kata balai omong-omong atau tempat bercengkerama.
