Berita Jepara

Kenaikan BBM Berdampak ke Petani: Ongkos Produksi Naik Drastis

Petani kian tercekik setelah kenaikan harga BBM, otomatis menaikkan ongkos produksi.

Penulis: Muhammad Yunan Setiawan | Editor: sujarwo
TRIBUNMURIA/YUNANSETIAWAN
Seorang petani di Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, sedang membajak sawah. Kenaikan harga BBM membuat petani kian terkekik. 

TRIBUNMURIA.COM, JEPARA - Petani kian tercekik setelah kenaikan harga BBM. Kenaikan ini secara otomatis menaikkan ongkos produksi.

Ketua Bidang Produksi dan Pemasaran Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Abdul Wachid mengatakan kenaikan harga BBM berimbas pada ongkos produksi yang harus ditanggung petani. Kenaikannya variatif berkisar antara 12 persen hingga 15 %.

Menurut Abdul Wachid, pihaknya mendapat banyak keluhan dari para petani setalah kenaikan harga BBM. Sebab kebijakan pemerintah ini membuat petani kian berat menghadapi situasi pasca pandemi Covid-19.

Kenaikan BBM ini mempengaruhi Harga Pokok Produksi (HPP) petani.

"Kenaikan BBM membuat para petani menjerit bapak presiden. Kehidupan para petani di daerah-daerah semakin nelangsa," kata Abdul Wachid dalam rilisnya kepada tribunmuria.com, Kamis, 8 September 2022. 

Pria yang juga menjabat Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Tengah itu mengunkapkan petani akan semakin nelangsa menghadapi kondisi yang semakin kompleks ini.

Pasalnya, setelah kenikan harga BBM bersubsidi seperti pertalite dan solar, petani bingung harus mengadu ke siapa terkait masalah ini.

"Petani padi, tebu, sayuran nelayan, tambak dan lain-lain mereka hidup di desa-desa pinggir laut di gunung-gunung jauh dari para elit dan tidak tahu cara menyuarakan jeritan hatinya," terang, pria asal Desa Margoyoso, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara.

Saat ini saja, kata Wachid, harga BBM jenis solar yang sering dipakai para petani untuk mengolah kebun dan berlayar di laut langsung naik tinggi.

Harga semula Rp5.150 liter naik Rp1.650 liter menjadi Rp6.800 liter. Kenaikan ini memberatkan para petani

Kenaikan BBM akan memberatkan beban biaya sarana produksi, upah buruh tani pasti naik, biaya angkut minta naik, beban biaya hidup naik, belum lagi harga pupuk naik, obat-obatan naik. 

"Sedangkan di petani harga tidak ikut naik, bahkan kadang kalau harga di petani naik sedikit saja sudah ribut di media, seakan-akan petani tidak boleh mendapatkan keuntungan," ungkapnya.

Wachid meminta agar presiden Jokowi memperhatikan nasib para petani yang terimbas kenaikan harga BBM.

Beberapa di antaranya seperti program kredit murah atau pupuk subsidi yang tersedia cukup dan murah. (*)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved