Berita Kudus
Novelis dan Penyair asal Kudus Reyhan Tutup Usia, Sang Ahli Puasa Berpulang Memeluk Puisi
Novelis, penyair, sekaligus pegiat literasi Kabupaten Kudus, Reyhan, berpulang.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: sujarwo
Kepergian Reyhan disambut rasa kehilangan oleh kolega-koleganya sesama penulis.
Semasa hidup, Reyhan memang aktif di banyak komunitas kepenulisan.
Pemuda ini juga senantiasa terlibat dalam berbagai ajang literasi di Kudus, termasuk agenda Parade Puisi Mendedah Jumari, sebuah wahana untuk mengenang sastrawan asli Kudus, Jumari HS, yang wafat pada 10 Juni 2021 lalu.
Reyhan merupakan alumnus Kampus Fiksi Diva Press Yogyakarta. Ia juga bergiat di Kobimo (Kelas Online Bimbingan Menulis Novel). Ia bahkan juga aktif menularkan semangat gemar membaca dan menulis melalui organisasi di mana ia menjadi ketua, yakni Komunitas Fiksi Kudus (Kofiku).
Anggota Kofiku, Lina Purwanti, mengenang Reyhan sebagai pria baik yang sangat bersemangat dalam hal kepenulisan.
"Kak Rey selalu mengajak dalam kebaikan dan keseruan dalam menulis. Ada kelas atau festival apa pun, Kak Rey bakal ngajak teman-teman buat ikutan," kenang penulis novel Fake Boyfriend on Friday (2019) dan Pesan Cinta Tanpa Judul (2020) ini pada TribunMuria.com, Senin 19 September 2022.
Lina juga mengenal Reyhan sebagai pria yang tidak pelit berbagi masukan dan kritik tiap ia berkonsultasi soal karya.
"Walau kadang kritiknya pedas, aku percaya kritikan tersebut membuat tulisanku lebih baik," kata Lina.
Hal lain yang berkesan baginya ialah kebiasaan Reyhan untuk "barter karya" dengan rekan-rekan sesama penulis yang baru menerbitkan karya.
"Rasanya bakal beda kalau suatu saat nanti bakal nerbitin novel lagi tapi nggak bisa barteran lagi," ucap Lina
Kesan serupa juga dirasakan oleh novelis dan cerpenis asal Semarang, Utami Panca Dewi.
Ia mengenal Reyhan sebagai sosok penyemangat bagi rekan-rekannya.
"Rey di mata saya dan teman-temannya asalah sosok yang punya semangat tinggi. Ia suka menularkan semangat itu ke teman-temannya. Bahkan ketika pencernaannya bermasalah dan harus operasi, ia begitu optimistis menjalaninya," kata perempuan yang oleh Reyhan akrab disapa Yu Ut ini.
Penulis novel "Serpihan Masa Lalu" (2016) dan "Ibu: Ketika Surga itu Harus Pergi" (2018) ini bersaksi Reyhan tidak memiliki sifat buruk.
"Dia baik, ramah, optimistis, tak pernah marah. Mungkin karena alasan itu pula, Tuhan pun sangat menyayangi Rey, sehingga Rey cepat dipanggil pada saat usianya masih sangat muda," tandas Utami.