Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Nganjuk

Akademisi Institut PTIQ Bekali Juru Dakwah LDII di Ponpes Al Ubaidah Nganjuk Sebelum Berdakwah

Wakil Sekretaris Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman Majelis Ulama Indonesia (LPBKI-MUI) Ahmad Ali MD, mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes)

Istimewa
Wakil Sekretaris Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman Majelis Ulama Indonesia (LPBKI-MUI) Ahmad Ali MD, mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada Rabu (21/2). 

TRIBUNJATENG.COM, NGANJUK --  Wakil Sekretaris Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman Majelis Ulama Indonesia (LPBKI-MUI) Ahmad Ali MD, mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada Rabu (21/2).

Ia membekali sekitar 700 lebih para calon juru dakwah LDII dengan pengetahuan mengenai dakwah.

“Orang iman itu bersaudara dengan orang iman lainnya. Dalam relasi tersebut, terdapat hak dan kewajiban yaitu tidak boleh menolak nasehat saudaranya.

Apalagi Ustaz Dr Ahmad Ali memiliki keinginan untuk meningkatkankan kualitas juru dakwah LDII,” tutur Pengasuh Ponpes Habib Ubaidillah Al Hasany dalam sambutannya.

Kehadiran Ahmad Ali, menurut Habib Ubaid bakal bermanfaat untuk Ponpes Al Ubaidah, “Kami memiliki rencana mendirikan pendidikan informal hingga perguruan tinggi. Insya Allah rencana kami itu, akan memanfaatkan keahlian Ustadz Ahmad Ali yang juga dosen di perguruan tinggi,” imbuh Habib Ubaid.

Dalam tausiahnya, Ahmad Ali mengingatkan kewajiban dakwah terdapat dalam Surat Ali Imran 104, “Kewajiban dakwah itu diperuntukkan bagi sebagian dari golongan umat Islam, untuk menyeru, menyuruh mengajak kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran. Ujungnya, kita akan jadi umat yang beruntung,” tuturnya.

Ia mengutip Tafsir Al Jalalain, yang menurutnya kewajiban dakwah yang fardhu kifayah itu, bukan untuk semua umat Islam,

“Tapi hanya sebagian dari umat Islam yang berilmu. Maka dai-daiyah dalam berdakwah harus memiliki referensi, bukan katanya-katanya. Maka harus rajin membaca kitab, misalnya rujukannya kutubushitah,” tuturnya.

Di depan para santri yang sedang menjalani ujian akhir menjadi dai-daiyah LDII itu, ia mengingatkan dakwah adalah amal saleh, yang membutuhkan ilmu dan niat yang tulus ikhlas,

“Dakwah bukan untuk pamer, bukan untuk viral ataupun pengakuan, “Apalagi agar viral. Itu tidak ikhlas, tidak mengharapkan rida Allah,” pungkasnya.

Menurut Ahmad Ali, seorang juru dakwah dituntut menyampaikan kebaikan dengan cara yang baik,

“Jangan menghardik, jangan menyalahkan yang lain,” tuturnya. Menurutnya, mengutip Imam Syekh Abdul Qodir Jaelani, bahwa seorang juru dakwah memiliki beberapa syarat, yakni ia tahu apa yang diperintahkan dan yang dilarang,

“Bahkan ia juga harus paham, bahwa sesuatu itu diperintah atau dilarang dalam agama,” katanya.

Ia juga mengatakan, seorang juru dakwah harus memiliki tujuan dan motivasi, berupa mencari rida Allah dan memuliakan agama Allah,

“Juru dakwah juga mengarahkan orang yang berbuat kemungkaran ke arah kebaikan, dan ia juga ramah dan penuh kasih sayang, penyabar, serta toleran,” tutupnya.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved