Kerusuhan di Kanjuruhan Malang
Cerita Tragedi Kanjuruhan Versi Penonton: Suporter Berkaparan, Tangisan Wanita, Makian dan Amarah
Cerita Tragedi Kanjuruhan Versi Penonton: Suporter Berkaparan, Tangisan Wanita, Makian dan Amarah
Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: galih permadi
Awal Tragedi Dimulai
Peluit akhir yang menandakan kekalahan Arema FC atas Persebaya menjadi awal tragedi.
Rezqi menyebut, setelah peluit akhir dibunyikan, para pemain Arema tertunduk lesu dan kecewa.
Pelatih Arema dan manager tim mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke suporter.
"Di sisi lain, ada satu orang suporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Maringa (pemain Arema FC), terlihat sedang memberikan motivasi dan kritik kepada mereka," ungkap Rezqi.
Kemudian, Rezqi menyebut ada lagi beberapa oknum suporter yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema.
"Terlihat John Alfarizie mencoba memberi pengertian kepadan oknum-oknum tersebut."
"Namun, semakin banyak mereka berdatangan, semakin ricuh kondisi stadion karena dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain," sambungnya.
Banyak Lemparan ke Arah Lapangan
Lebih lanjut, Rezqi menceritakan masuknya sejumlah suporter diikuti dengan lemparan berbagai macam benda ke arah lapangan, dan para suporter yang semakin tidak terkendali.
Lalu para pemain digiring masuk ke dalam ruang ganti dengan kawalan pihak berwajib.
Setelah pemain masuk, Rezqi melihat suporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan.
"Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung (dipukul) dengan tongkat panjang, satu suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," ungkap Rezqi.

Tapi saat aparat memukul mundur suporter di sisi selatan, suporter dari sisi utara menyerang ke arah aparat.
"Karena semakin banyaknya suporter yang masuk ke lapangan dan kondisi sudah tidak kondusif, aparat menembakkan beberapa kali gas air mata ke arah suporter yang ada di lapangan."