Profil Anies Baswedan Dideklarasikan NasDem Sebagai Bakal Capres 2024
Profil Anies Baswedan Anies Baswedan memiliki nama lengkap Anies Rasyid Baswedan.
Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
Profil Anies Baswedan Dideklarasikan NasDem Sebagai Bakal Capres 2024
TRIBUNJATENG.COM - Berikut ini profil Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta siap maju sebagai Presiden RI 2024.
Anies Baswedan menyatakan siap maju sebagai Presiden 2024.
Hal ini diungka langsung ileh Partai NasDem Senin (3/10/2022).
Deklarasi nama capres tersebut digelar di Kantor DPP Partai NasDem, Jalan RP Soeroso, Gondangdia, Jakarta Pusat.
Sebelumnya, nama Anies Baswedan muncul sebagai kandidat terkuat yang akan ikut Pilpres 2024 menurut lembaga survei independen.
Profil Anies Baswedan
Anies Baswedan memiliki nama lengkap Anies Rasyid Baswedan.
Ia lahir di Kuningan, Jawa Barat 7 Mei 1960 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid.
Rasyid Baswedan, ayah Anies Baswedan merupakan dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Sementara Aliyah Rasyid, merupakan guru besar dan dosen di Universitas Negeri Yogyakarta.
Anies Baswedan merupakan cucu dari Abdurachman Baswedan (AR Baswedan), salah seorang pejuang pergerakan nasional dan pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan pada masa awal kemerdekaan.
Anies Baswedan menikah dengan seorang perempuan bernama Fery Farhati Ganis.
Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai empat orang anak yaitu Mutiara Annisa Baswedan, Mikail Azizi Baswedan, Kaisar Hakam Baswedan, Ismail Hakim Baswedan.
Riwayat Pendidikan
Anies Baswedan memulai pendidikan formalnya ketika usianya menjelang lima tahun.
Anies Baswedan masuk ke TK Masjid Syuhada di Kota Baru, Yogyakarta.
Lulus dari TK, Anies Baswedan kemudian melanjutkan ke SD IKIP Labrotori II, Yogyakarta dan lulus pada 1982.
Sejak kecil, Anies Baswedan sudah suka berorganisasi.
Ketika usianya masih 12 tahun, Anies Baswedan membentuk kelompok anak-anak muda yang berumur antara 7 tahun sampai 15 tahun di kampungnya.
Lulus dari SD, Anies Baswedan kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 5 Yogyakarta sampai 1985.
Anies Baswedan pernah menjadi ketua OSIS se-Indonesia ketika ia duduk di SMAN 2 Yogyakarta.
Pemilihannya dilakukan ketika Anies Baswedan mengikuti pelatihan kepemimpinan di Jakarta pada September 1985.
Anies Baswedan mengetuai 300 delegasi SMA-SMA se-Indonesia, padahal saat itu ia masih duduk di kelas satu.
Ketika di SMA, Anies Baswedan juga terpilih menjadi peserta program AFS, yaitu program pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh Bina Antarbudaya.
Anies Baswedan sempat belajar di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat selama setahun sejak 1987 sampai 1988.
Tamat dari SMA, Anies Baswedan kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Selama menjadi mahasiswa di FE UGM sejak 1989 sampai 1995, jiwa organisator Anies Baswedan semakin tumbuh.
Anies Baswedan aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), di sampinag ia juga aktif sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM.
Anies Baswedan juga pernah mendapatkan beasiswa Japan Aielines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di Universitas Sophia, Tokyo, Jepang.
Lulus dari FE UGM, Anies Baswedan kemudian mendapat beasiswa S2 di University of Maryland, College Park untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy.
Ketika kuliah di University of Maryland, Anies Baswedan sempat mendapat penghargaan William P Cole III Fellow, ICH Scholarship, serta ASEAN Student Award.
Pada 2005, Anies Baswedan menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois.
Karena itu, Anies Baswedan dapat menyelesaikan disertasinya tentang “Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia”.
Melansir Tribunewswiki.com, Perjalanan Karier Anies Baswedan bisa dibilang cukup panjang.
Pada periode 1989 sampai 1991, ketika masih kuliah sebagai mahasiswa ekonomi di UGM, Anies Baswedan pernah menjadi redaktur sekaligus pembawa acara “Tanah Merdeka” yang ditayangkan di TVRI Yogyakarta.
Ketika lulus sebagai sarjana ekonomi, Anies Baswedan juga sempat bekerja di almamaternya.
Anies Baswedan menjadi Peneliti dan Koordinator Proyek di Pusat Antar Universitas (PAU) Studi Ekonomi UGM.
Namun tidak lama, Anies Baswedan kemudian mendapat beasiswa untuk melanjutkan S2 di University of Masyland sehingga harus meninggalkan pekerjaan tersebut.
Ketika kuliah S3 di Northern Illinois University, Amerika, Anies Baswedan sempat menjadi peneliti si pada The Office of Research, Evaluation, and Policy Studies sejak 2000 sampai 2004.
Ketika berada di Amerika, Anies Baswedan juga aktif di dunia akademis dan menulis berbagai artikel tentang desentralisasi, demokrasi, dan politik Islam di Indonesia.
Anies Baswedan pun kerap menjadi pembicara di berbagai konferensi.
Anies Baswedan juga menulis artikel Indonesian Politics in 2007: The Presidency, Local Elections and The Future of Democracy yang kemudian diterbitkan oleh BIES, Australian National University.
Pulang ke Indonesia, Anies Baswedan kemudian bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi daerah di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta sejak 2006 sampai 2007.
Tidak hanya itu, Anies Baswedan juga pernah menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia (LSI).
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan ditunjuk menjadi Rektor Universitas Paramadina menggantikan Nurcholish Madjid.
Anies Baswedan yang saat itu masih berusia 38 tahun pun menjadi rektor termuda di Indonesia.
Majalah Foreign Policy bahkan memasukkan Anies Baswedan ke dalam daftar 100 Intelektual Publik Dunia.
Anies Baswedan kemudian merintis Program Beasiswa di Universitas Paramadina pada 2008 yang ia namai Paramadina Fellowship.
Program beasiswa tersebut mengadopsi konsep yang biasa digunakan oleh universitas-universitas di Amerika Utara dan Eropa dengan menyematkan nama sponsor sebagai predikat penerima beasiswa.
Pada Pemilu 2009, Anies Baswedan menjadi moderator debat capres.
Ia kemudian dipilih sebagai juru bicara Tim-8 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir 2009.
Tim-8 ini bertugas untuk menangani kasus sangkaan pidana terhadap pimpinan KPK yaitu Bibit dan Chandra.
Pada 2010, Anies Baswedan mendirikan Gerakan Indonesia Mengajar sekaligus menjadi ketua gerakan tersebut.
Karier Politik dan Pemerintahan
Anies Baswedan resmi terjun ke dunia politik pada 2013 setelah lama bergelut dengan dunia sosial dan pendidikan.
Anies Baswedan maju sebagai peserta konvensi calon presiden yang diselenggarakan oleh Partai Demokrat.
Namun konvensi tersebut akhirnya tidak berakhir sesuai harapan, Partai Demokrat bahkan tidak mengusung calon presiden pada Pilpres 2014.
Anies Baswedan kemudian merapat ke kubu pemenangan Capres Joko Widodo – Jusuf Kalla.
Dalam tim tersebut, Anies Baswedan didaulat sebagai juru bicara tim pemenangan Capres dan Cawapres Joko Widodo – Jusuf Kalla.
Sukses mengantarkan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden, Anies Baswedan kemudian ditunjuk oleh Jokowi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Selama menjabat sebagai Mendikbud, Anies Baswedan melakukan gebrakan yang cukup signifikan.
Anies Baswedan memisahkan Dirjen Dikti dari Kemendikbud dan menggabungkannya dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Anies Baswedan juga melakukan pembenahan terhadap seleksi terbuka Kemendikbud.
Selain itu, Anies Baswedan juga melakukan distribusi Kartu Indonsesia Pintar (KIP), membuat program sekolah aman, serta mengimbau para orangtua untuk mengantar anaknya ke sekolah pada tahun ajaran baru.
Anies Baswedan juga menerapkan kurikulum pendidikan terbaru serta mnyebarkan guru-guru berkualitas supaya merata di semua wilayah hingga melakukan reformasi ujian nasional.
Meski cukup banyak prestasi yang ia raih ketika menjabat sebagai mendikbud, namun Anies Baswedan akhirnya dicopot oleh Presiden Joko Widodo.
Anies Baswedan kemudian digantikan oleh Muhadjir Effendy pada pertengahan 2016.
Pada Pilkada DKI Jakarta 2017, nama Anies Baswedan kembali menarik perhatian publik.
Anies Baswedan diusung sebagai calon gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Sandiaga Uno oleh Partai Gerindra.
Anies Baswedan terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta setelah pada putaran kedua berhasil mengalahkan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) – Djarot Saiful Hidayat.
Pada putaran kedua tersebut, Anies Baswedan mendapat suara sebesar 57,96 persen sedangkan Ahok – Djarot hanya memperoleh 42,04 persen suara.
Anies Baswedan pun terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017 – 2022. (*)