Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tragedi Kanjuruhan Malang

Kisah Tentang Mitra Maulidya di Gate 13 Kanjuruhan: Kami Terpisah Setelah Gas Air Mata Ditembakkan

Mita Maulidya (24) datang ke stadion malam itu untuk mendukung tim kesayangan. Tak ada yang menduga hidupnya berakhir di gate 13 Stadion Kanjuruhan

Editor: muslimah
INSTAGRAM/@AREMAFCOFFICIAL
Seluruh pemain, pelatih, hingga official Arema FC menggelar tabur bunga di depan Stadion Kanjuruhan Malang, Senin (3/10/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, MALANG - Mita Maulidya (24) datang ke stadion malam itu untuk mendukung tim kesayangan.

Tak ada yang menduga hidupnya berakhir di gate 13 Stadion Kanjuruhan Malang.

Ia meninggal dalam tragedi Arema vs Persebaya  Sabtu (1/10/2022).

Baca juga: Suporter Sepak Bola dari Berbagai Klub di Pulau Jawa Sepakat Damai Setelah Tragedi Kanjuruhan

Baca juga: Soroti Tragedi Kanjuruhan, Media Asing Sebut Polisi Indonesia Kurang Terlatih Kendalikan Massa

Saat kejadian, MIta menonton laga Arema vs Persebaya bersama sepupunya bernama Fathir Ramadhan (21).

Fathir tidak bisa melupakan insiden Arema vs Persebaya yang menewaskan sebanyak 125 orang tersebut.

Fathir menaburkan bunga di depan Patung Singa Bermahkota di Stadion Kanjuruhan, Senin (3/10/2022).

Pria asal Klojen ini jongkok sembari memejamkan mata dan menundukkan pandangan.

Fathir tak kuasa menahan air mata.

Dua rekannya mencoba menenangkan Fathir.

Saat pertandingan berlangsung, Fathir bersama Mita dan sejumlah kawannya.

Fathir dan Mita duduk bersebelahan di tribune atau gate 13 Stadion Kanjuruhan.

"Gas air mata ditembakkan ke arah tribun 13, tempat saya dan Mita menonton pertandingan," kata Fathir kepada SURYAMALANG.COM.

Orang-orang berjalan di antara puing-puing di tribun stadion Kanjuruhan beberapa hari setelah penyerbuan mematikan menyusul pertandingan sepak bola di Malang, Jawa Timur pada 3 Oktober 2022. - Kemarahan terhadap polisi meningkat di Indonesia pada 3 Oktober setelah setidaknya 125 orang tewas di salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah sepak bola, ketika petugas menembakkan gas air mata di stadion yang penuh sesak, memicu penyerbuan.
Orang-orang berjalan di antara puing-puing di tribun stadion Kanjuruhan beberapa hari setelah penyerbuan mematikan menyusul pertandingan sepak bola di Malang, Jawa Timur pada 3 Oktober 2022. - Kemarahan terhadap polisi meningkat di Indonesia pada 3 Oktober setelah setidaknya 125 orang tewas di salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah sepak bola, ketika petugas menembakkan gas air mata di stadion yang penuh sesak, memicu penyerbuan. (AFP/JUNI KRISWANTO)

Tembakan gas air mata itu membuat suporter di gate 13 panik dan berlarian menjauhi asap.

Mereka berebut keluar sehingga berdesak-desakan.

Teriakan minta tolong bersahutan.

Suporter yang terjatuh pun terinjak-injak, dan meninggal dunia.

"Karena suasana panik, saya dan Mita terpisah. Saya tidak tahu keberadaannya. Asap membuat mata pedih dan napas terasa sesak," terangnya.

Fathir bisa selamat karena lari menuju pagar tribune.

Dia keluar dari gate 13 dengan cara memanjat pagar tribune dan turun di shuttle ban (lintasan lari) pinggir lapangan.

"Kemudiaan saya keluar dari stadion. Ssaya sempat mencari teman dan adik saya di luar stadion," terangnya.

Beberapa waktu berselang temannya menelepon.

Temannya minta Fathir merapat ke gerbang masuk stadion.

Fathir mendapat kabar bahwa adiknya telah meninggal.

"Jenazah adik sepupu saya berada di tribune VIP. Saya menuju ke sana. Jenazah adik saya langsung dibawa pulang ke rumah duka dengan ambulans," ucapnya. (*)

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Suasana Mencekam di Gate 13 Stadion Kanjuruhan, Teriakan Minta Tolong Bersahutan, 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved