nasional

Mahasiswi STTR Cepu Dewi Nurhayati Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan, Begini Ceritanya

Dewi Nurhayati, Aremanita Asal Blora menjadi salah satu korban selamat Tragedi Kanjuruhan, Malang yang menewaskan ratusan orang.

Penulis: ahmad mustakim | Editor: olies
Istimewa
Dewi Nurhayati, Aremanita Asal Blora yang menjadi salah satu koordinator suporter sepak bola saat memanjatkan doa kepada para korban tragedi Kanjuruhan Malang di halaman kantor Kecamatan Cepu, Blora. 

TRIBUNJATENG, BLORA – Dewi Nurhayati, Aremanita Asal Blora menjadi salah satu korban selamat Tragedi Kanjuruhan, Malang yang menewaskan ratusan orang. Mahasiswi STTR Cepu Blora ini menceritakan kondisi yang terjadi saat dirinya melihat langsung pertandingan antara Arema Vs Persebaya itu.    

Hingga kini, Dewi Nurhayati tidak bisa melupakan tragedi Kanjuruhan yang terjadi 1 Oktober 2022 itu. Ia bersedih karena lebih dari 100 jiwa yang mayoritas anak muda harus kehilangan nyawa dalam tragedi itu. 

Diceritakannya, saat itu dirinya berada di tribun 3 Stadion Kanjuruhan menyaksikan langsung pintu tiga masih tertutup rapat saat pertandingan Arema vs Persebaya selesai.  Dewi Nurhayati tak berani turun untuk berdesak-desakan keluar setelah terjadi penembakan gas air mata oleh petugas pengaman. 

Sekitar pukul 22.30 WIB pintu sudah mulai dibuka, ia pun memberanikan diri untuk keluar. Namun yang dilihatnya banyak suporter yang tergeletak di tangga.

"Saya lihat di depan mata saya sendiri saat mau keluar di pintu tiga, ada cukup banyak yang tergeletak, ada anak kecil, perempuan saya tidak tahu itu pingsan atau bagaimana kondisinya, saya berjalan keluar sambil nangis dan sedih," ucap Dewi Nurhayati.

Baca juga: Liga Europa Malam Ini, Omonia Vs Man United, Bisakah Cristiano Ronaldo Jadi Mesin Gol Setan Merah?

Baca juga: BNNP Dan Kejati Jateng TPPU Aset Narapida Narkoba Mendekam di Nusakambangan

Baca juga: Patung Lilin Agnez Mo Terpasang di Madame Tussauds Singapura: Terima Kasih, Ini Kehormatan Besar

Dewi mengaku tidak berani memberikan pertolongan saat melintasi pintu keluar Stadion Kanjuruhan.  Perempuan kelahiran Kecamatan Kedungtuban beralasan, sebab kondisi saat itu yang membuatnya tidak berdaya untuk memberikan pertolongan. 

Yang ada di benaknya bagaimana dirinya bisa selamat.

 "Saya berfikir bagaimana bisa menyelamatkan diri, karena saat itu di luar juga masih terdengar suara tembakan," jelas Dewi. 

Beruntung, di tribun yang ditempatinya tidak banyak ditembaki gas air mata seperti di tribun 13. Saat penembakan tersebut ia dan beberapa kawannya sebenarnya ingin keluar stadion. Namun pintu gerbang masih tertutup dan belum dibuka oleh petugas.

"Biasanya kalau pertandingan selesai pintu dibuka, saat itu masih tertutup," terang Dewi. 

Aremanita yang juga kuliah di STTR Cepu tersebut menahan diri untuk tetap di atas tribun sambil menunggu keadaan kondusif.  Dewi mengaku di tribun yang ditempatinya juga sempat ditembak gas air mata oleh petugas pengaman. Kedua matanya merasakan perih dan sedikit sesak saat bernapas. 

"Di tribun tiga juga ada tembakan (gas air mata, red) tapi tidak seperti di tribun 13, rasanya perih di mata," ungkap Dewi. 

Dirinya melihat masih ada tembakan gas air mata saat sudah di luar Stadion. Kemudian ia berlari untuk menyelamatkan diri. 

"Hingga sekitar jam 02.00 WIB pagi saya dan beberapa teman baru bisa berkumpul di mobil elf dan kembali ke Cepu (Blora)," pungkas Dewi. (kim) 

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved