Fokus
Fokus: Prank ‘KDRT’
TENTU kamu masih ingat dengan aksi pasangan selebriti ini, dimana konten videoYoutubenya berakhir pada pelaporan kepada pihak kepolisian. Paula Verhoe
Penulis: deni setiawan | Editor: m nur huda
Tajuk Ditulis Oleh Wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan
TRIBUNJATENG.COM - TENTU kamu masih ingat dengan aksi pasangan selebriti ini, dimana konten videoYoutubenya berakhir pada pelaporan kepada pihak kepolisian. Paula Verhoeven mendatangi Kantor Polsek Kebayoran Lama untuk melapor jika dirinya jadi korban KDRT oleh suaminya, Baim Wong.
Singkat cerita, seorang petugas yang menerima kedatangan Paula kaget dan sempat meminta apa yang dialaminya itu untuk dapat dibicarakan baik-baik sebelum membuat laporan resmi.
Tak lama kemudian Baim muncul dan menginformasikan jika itu adalah prank untuk kepentingan kontenYoutube. Pasca itu, dia menuai hujatan berbagai pihak, termasuk sesama artis.
Keduanya dilaporkan karena dianggap ‘mempermainkan’ pihak kepolisian. Terlebih, di waktu nyaris berdekatan, mereka sedang menangani kasus KDRT.
Lesti Kejora ‘berikrar’ menjadi korban KDRT pasca memergoki suaminya Rizky Billar berselingkuh. Oleh pihak keluarga beserta kuasa hukumnya, itu dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Selatan pada 28 Oktober 2022.
Kini itu kembali heboh. Lesti yang ketika itu sedang menjalankan ibadah umroh mendadak pulang dan bergegas ke kantor kepolisian untuk mencabut laporan yang telah dialaminya.
Itu dilakukan dengan dalih sudah memaafkan dan demi masa depan si buah hati, seusai Rizky Billar resmi ditetapkan sebagai tersangka dari berbagai bukti, termasuk saksi hasil penyelidikan.
Tindakan Lesti itu membuat sebagian besar kecewa. Yang sebelumnya membela Lesti, mendadak berubah 180 derajat mencibirnya. Semula Baim Wong dan istrinya dihujat, kini mereka meminta maaf.
KDRT kini seakan menjadi bahan laris manis drama prank di Indonesia, terlebih di tengah situasi kinerja pihak kepolisian sedang mendapatkan sorotan. Kini siapa yang sebenarnya melakukan prank dalam kasus dua pasutri selebriti ini?
Memang tak memungkiri jika sebagian di antara mereka kecewa, menilai Lesti Kejora bersama suaminya sedang membuat prank sesungguhnya dan drama itu berhasil, yang lebih dari sekadar kontenYoutube.
Namun di sisi lain, ada sebuah fakta yang dapat dijadikan bahan evaluasi bersama kaitan KDRT. Seperti yang disampaikan Komisioner KPAI, Nuning Rodyah, terlepas itu prank atau bukan.
Kasus Lesti bisa menjadi contoh dan membuka mata bila KDRT tak sekadar privat, namun bisa diungkap ke publik. Sehingga dirinya memuji mereka yang langsung lapor ke pihak kepolisian.
Pencabutan laporan tersebut juga menjadi bukti bila banyak plus minus ketika korban KDRT hendak mencari serta meminta keadilan. Tak sedikit persoalan yang menyertainya.
“Ini tidak sekadar faktor jiwa dan raga yang tersakiti, tetapi juga banyak hal seperti keluarga, mental, hingga finansial. Itu yang mengakibatkan korban sulit lepas dari jerat kekerasan,” ucapnya.
Menurutnya, sosok publik figur saja bisa bimbang menghadapi kasus tersebut, bagaimana dengan para perempuan di luar sana, yang secara ekonomi kurang beruntung seperti Lesti Kejora?
Pernyataan serupa juga diutarakan politikus muda Tsamara Amany. Menurutnya, yang dilakukan Lesti tak bisa dimasukkan ke dalam kategori prank, secara sengaja mengerjai atau membuat heboh publik demi tujuan pribadi.
Baginya, itu bukti nyata jika para korban kekerasan memang tak bisa lepas begitu saja terhadap si pelaku, utamanya suami. “Ada riset, butuh 7 kali korban untuk betul-betul lepas dari relasi abusif ini,” paparnya.
Sekali lagi, kita bersama mendapatkan pelajaran baru dari kasus-kasus besar di Indonesia, utamanya terkait kekerasan. Banyak faktor mengapa perempuan korban kekerasan menutup diri enggan melapor dan lainnya.
Setidaknya pula, dari dua kasus pembanding tersebut, dapat bersama menjadi makin bijak dalam bersikap, memberikan penilaian. Tak serta merta menghujat tanpa sebelumnya menyimak maksud tujuannya.(*/tribu jateng cetak)