Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

Opini Beva Anggun Lorita: Strategi Perusahaan Hadapi Era VUCA

SAAT ini dan tahun 2023 diprediksi situasi dunia makin tidak pasti. Di level paling bawah, masyarakat makin sulit taraf ekonominya. Kesejahteraan, kua

Editor: m nur huda
Tribun Jateng
Opini Ditulis Oleh Beva Anggun Lorita, SPsi (Mahasiswa Magister Profesi Psikologi Unika Soegijapranata Semarang) 

Opini Ditulis Oleh Beva Anggun Lorita, SPsi (Mahasiswa Magister Profesi Psikologi Unika Soegijapranata Semarang)

TRIBUNJATENG.COM - SAAT ini dan tahun 2023 diprediksi situasi dunia makin tidak pasti. Di level paling bawah, masyarakat makin sulit taraf ekonominya. Kesejahteraan, kualitas hidup, pekerjaan, kesehatan dan cara kita bertahan hidup mulai diuji. Kondisi tidak pasti yang dimaksud yaitu VUCA, singkatan dari V (Volatility), U (Uncertainty), C (Complexity) dan A (Ambiguity).

Istilah ini muncul bukan hanya waktu pandemi covid-19 melanda. Melainkan sudah dipublikasikan oleh dua ekonom dan profesor universitas, Warren Bennis dan Burt Nanus, dalam buku mereka “Leaders. The Strategies For Taking Charge.” pada tahun 1985.

VUCA kala itu untuk menggambarkan situasi dari berbagai tantangan faktor eksternal bagi manajemen dan kepemimpinannya serta bagaimana konsekuensinya bagi manajemen perusahaan. Nah, saat ini dan tahun tahun yang akan dating, VUCA makin dirasakan, sulit diprediksi, dan membingungkan. Hal ini tentu juga dialami oleh industri.

Sulit Ekspor

Keterbatasan mobilitas dan banyak pembatasan yang membuat sebagian besar industri gulung tikar. Namun saat ini pandemi telah mejadi endemi, kehidupan perekonomian perlahan mulai pulih kembali. Tapi bisa diamati kembali bahwa tidak sedikit pula perusahaan tutup.

VUCA waktu itu diambil dari sebuah kegiatan militer pada tahun 1990-an, bentuk respon dari US Army War Collage terhadap runtuhnya Uni Soviet. V (Volatility) yang menjelaskan bahwa keadaan dunia saat ini sedang tidak stabil dan bergejolak, segala tindakan harus bersifat proaktif.

Huruf U (Uncertainty) keadaan serba tidak pasti, banyak kejutan dari gejolak dunia ini. Sulit memperkirakan segala hal yang akan terjadi. C (Complexity) yang menggambarkan kondisi rumit saat ini, banyak kebingungan yang mewarnai keputusan kompleks di era yang tidak menentu ini.

A (Ambiguity) melengkapi sebagai kondisi yang menggambarkan kaburnya realitas, pilihan bukan hanya sekedar hitam atau pun putih, abu-abu juga merupakan pilihan cepat di keadaan yang semakin dinamis ini.
VUCA ditandai oleh perubahan yang sangat cepat dan kompleks. Di dalam situs resminya, pakar VUCA, Waltraud Glaeser mengatakan bahwa VUCA lebih dari kata kunci! Ini merupakan jalan untuk berpikir dan mendekati solusi untuk masalah dunia digital dan dinamis kita saat ini.

Dinamis

Perusahaan tidak bisa lagi hanya menerapkan sistem lama. Karena kondisi semakin dinamis. Banyak perusahaan yang gagal bertahan dalam kondisi ketidakpastian dan kebingungan. Pengambilan tindakan dan keputusan harus dilakukan secepat mungkin, cara lama yang biasa dilakukan untuk menghadapi masalah harus mulai dievaluasi dengan segera.

Pemimpin harus tegas, cepat dan tepat dalam menganalisa masalah yang semakin rumit dan sulit. VUCA tidak akan membahayakan perusahaan jika pemimpin mampu merespon dengan cepat dan tepat. Bagaimana perubahan inovasi mampu untuk menghadapi segala kemungkinan kondisi terburuk yang akan terjadi.

Banyak tenaga manusia yang sudah mulai digantikan oleh tenaga mesin, kebutuhan akan lowongan pekerjaan semakin membeludak. Hingga saat ini, revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan fenomena siber dan teknologi otomatis, yang juga akrab dikenal dengan istilah “cyber physical system”.

Semakin banyak pekerja menganggur karena fungsi dan kemampuannya digantikan oleh tenaga mesin dan robot. Kemampuan robot dan kecanggihan mesin memiliki produktivitas lebih tinggi, dan kualitas nyaris tanpa error. Mesin dan teknologi lebih efektif.

Banyak pertimbangan, selain dipengaruhi oleh iklim teknologi yang semakin canggih, kebutuhan akan pekerjaan yang minim eror. Peran manusia semakin tergantikan, untuk beberapa sektor dan pekerjaan yang lebih memilih tenaga mesin dan membatasi pekerja manusia.

Peran Mesin

Kemajuan teknologi telah membawa berbagai macam transformasi dalam perkembangan industri. Kondisi ini menggambarkan segala proses pengaplikasian di dunia indutri mulai dibantu oleh teknologi informasi, hal ini akan berdampak pada kurangnya keterlibatan tenaga manusia dalam setiap prosesnya. Sehingga tingkat efektivitas dan efisiensi dalam lingkungan kerja meningkat. Hal ini dapat berdampak pada dunia industri secara waktu dan biaya operasional.

Kondisi ini juga membuat makin banyak pekerja tidak mendapatkan pekerjaan sesuai kompetensinya. Kandidat pencari kerja atau fresh graduate tidak maksimal terserap di dunia industri. Terutama perusahaan atau industri yang lebih banyak menggunakan mesin serta teknologi informasi dalam proses produksinya.

Perang Rusia-Ukraina

Krisis geopolitik yang disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina mengakibatkan gejolak yang luar biasa di dunia industri dan perekonomian. Sehingga hal ini mempengaruhi rantai suplai industri, harga bahan pokok naik, pasokan terganggu. Serapan produk di masyarakat juga tersendat. Pasar ekspor makin sempit. Dan bahkan terjadi panic buying di dalam negeri maupun luar negeri.

Harga komoditas meningkat melebihi prediksi. Biaya logistik ikut melambung. Biaya produksi dan distribusi juga tinggi akibat harga BBM naik. Menghadapi era yang berubah-ubah, industri dituntut harus mampu gesit bersaing dan berinovasi dalam proses dinamikanya. Sehingga hasil yang diberikan sesuai dengan minat kebutuhan yang diperlukan oleh masyrakat, mampu untuk efektif dan efesien dalam setiap keadaan.

Maka pemimpin perusahaan harus mampu untuk berpikir visioner ke depan. Bukan hanya menghadapi dengan cara lama namun bagaimana cara tersebut terus berkembang pula mengikuti perubahan dan perkembangan zaman. Dengan kata lain pemimpin dituntut untuk menciptakan inovasi dan beradaptasi untuk supaya bisai bertahan.

SDM Tidak Terserap

Banyak SDM dengan berbagai kompetensi dan keahlian tidak terserap oleh industri. Karena peusahaan lebih memilih menggunakan mesin dan teknologi. Salah satu cara untuk menyikapi kebutuhan industri maka SDM harus dinamis dan menyesuaikannya. Kaum milenial harus tetap bergerak dan berinovasi setidaknya untuk diri sendiri.

Banyak kegiatan yang bisa diikuti untuk mengasah kompetensi dan potensi diri, seperti mengikuti seminar, pelatihan pemberdayaan dan serta diskusi dengan orang-orang yang dianggap bisa untuk menjadi mentor. Kemudian kegiatan ini bisa saja diikuti bagi mereka yang sudah bekerja dan pastinya oleh para pencari pekerjaan agar memiliki modal terampil, skill dan adaptif untuk bersaing terlebih dengan teknologi yang semakin canggih.

Jadi ketika SDM sudah disiapkan dengan sedemikian baik, ia akan mampu berkembang dimana pun penempatannya. Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO) menyatakan bahwa jumlah orang yang menganggur sampai laporan ini dibuat meningkat sebesar 24,7 juta dari angka tahun 2019 sebanyak 188 juta.

Konseptor

Selain itu untuk mendukungnya kegiatan ini, perusahaan bisa juga untuk mencari tenaga tim yang memang khusus memiliki kompetensi sebagai konseptor. Memikirkan dan memprediksi kedepannya rencana jalannya perusahaan, mempertimbangkan kelemahan serta kelebihannya.

Dalam menghadapi VUCA sendiri ada strategi yang bisa digunakan yakni dengan mengaplikasikan VUCA positive prime dari Bob Johanes, dengan pengertian yang berbeda. V (Vision), bagaimana masa depan yang menjadi keinginan bersama sebagai landasan dasar arah dan membangkitkan motivasi serta membentuk identitas. U (Understanding), memahami sebab akibat dan membuat transparan, memikirkan konteksnya serta merencanakan dampak penyebarannya.

C (Clarity), jelas dan sederahan, fokus pada hal yang sebenarnya penting. Sangat dibutuhkan kepercayaan, koneksi dan proses transparan, proses kolaborasi perspektif menjadi luas, harus dipahami bahwa solusi tidak lagi persifat permanen namun temporer. A (Adaptability), dituntut kegesitan dan fleksibelitas serta mempromosikan budaya yang konsisten untuk membuat keputusan dan dampaknya jika terjadi kegagalan. Perlu adanya keluwesan, mendengar dan berpikir dengan cara yang berbeda. Langkah ini baik, salah satu strategi yang bisa diimplementasikan pada perusahaan.(*Tribun Jateng Cetak)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved