Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Bisnis

Jangan Sepelekan Usaha Ini, Sugeng Riyadi warga Sukoharjo Raup Cuan Besar dari Beternak Entok

Entok adalah salah satu jenis unggas yang biasa dipelihara warga di pedesaan. Sebagaimana unggas peliharaan di rumah lain, entok biasa dilepas.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ Khoirul Muzakki
Usaha beternak entok milik Sugeng, warga Desa Toriyo, Sukoharjo meraup untung dari 

TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO - Entok adalah salah satu jenis unggas yang biasa dipelihara warga di pedesaan.

Sebagaimana unggas peliharaan di rumah lain, entok biasa dilepas saat pagi untuk mencari makan, lalu dikandang kembali saat sore. 

Tetapi ada sebagian warga serius beternak entok bukan sekadar untuk sampingan. Melainkan matapencaharian pokok untuk menopang kebutuhan ekonomi harian. 

Profesi ini ditekuni oleh Sugeng Riyadi, warga Desa Toriyo Kecamatan Bendosari, Sukoharjo

Hanya kini ia fokus pada usaha pembibitan entok. Sugeng memiliki banyak koleksi indukan unggul.  Dari induk tersebut lahir banyak anakan yang kemudian ia jual. 

"Beternak entok (jika digeluti), bisa untuk hidup, bukan sekadar hidup tapi cukup untuk keluarga, " katanya, Sabtu (29/10/2022) 

Ia pun tak hanya menyediakan entok lokal. Beragam jenis entok ia budidayakan. Bahkan jenis yang kurang familiar di masyarakat. 

Di antara jenis entok yang ia budidayakan meliputi Rambon, Jumbo, Milenial dan Jali. 

Entok jenis tersebut tentunya memiliki harga lebih tinggi di banding entok lokal. 

Jika entok lokal ukuran layak konsumsi dijual paling mahal Rp 200 ribu, entok jenis tertentu yang berasal dari luar negeri bisa dihargai  lebih mahal.  Ia mencontohkan, entok Jali dan entok Milenial di usia 6 bulan dihargai Rp 500 ribu. 

Sugeng pun berusaha mengawinkan silang entok impor dan lokal sehingga didapati anakan dengan harga lebih terjangkau. 

Ia misalnya, mengawinkan entok pejantan Jumbo dengan Rambon Silver sehingga menghasilkan anakan yang di Sukoharjo dinamai EA.  Entok EA memiliki postur lebih besar karena menurunkan sifat dari entok Jumbo. 

"Lebih mahal karena lebih cepat besar, " katanya

Tentu saja, harga jual entok hasil persilangan itu lebih mahal dari entok lokal pada umumnya. Ini karena posturnya lebih besar sehingga daging yang dihasilkan lebih banyak.  Di usia 5 bulan saja, katanya, berat entok itu bisa mencapai di atas 5 kilogram. 

Namun yang paling laris terjual tetap saja anakan entok lokal karena harganya lebih terjangkau, sekitar Rp 10 ribu perekor umur 3-7 hari. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved