SMP Muhammadiyah 8 Kebakkramat
Menelaah dan Memecahkan Problem Pembelajaran Sastra
Strategi pembelajaran harus mampu membuat para peserta didik tertarik, nyaman, dan tidak bosan.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Penulis sendiri pernah menerapkan strategi pembelajaran sastra berbasis pendekatan teori psikologi sastra. Hal ini bermula dari hasil tes diagnostik awal untuk memahami konteks peserta didik.
Konteks peserta didik yang ditemui penulis adalah peserta didik dengan latar belakang remaja akhir menuju dewasa awal. Hal ini menyiratkan bahwa para peserta didik perlu penguatan karakter dan kematangan emosional.
Berangkat dari konteks tersebut, penulis merencanakan pembelajaran sastra yang diharapkan mampu membangun karakter menuju kedewasaan dan kematangan emosi. Dengan demikian, pendekatan teori psikologi sastra dirasa cocok untuk dipilih dalam pembelajaran.
Langkah berikutnya, penulis memilih bahan ajar yang sesuai dengan rencana pembelajaran. Tujuannya agar dalam proses pelaksanaan pembelajaran semua berjalan dengan baik.
Salah satu cerita pendek yang digunakan sebagai bahan ajar kala itu adalah Bangku Belakang karya Sofie Dewayani.
Cerita pendek tersebut berisi tentang kemajuan teknologi yang membuat tokoh utama Sam berbohong dengan berpura-pura kaya. Latar dalam cerita tersebut adalah reuni SMA.
Dengan demikian, cerita pendek tersebut dirasa sesuai dengan perencanaan pembelajaran.
Selanjutnya, penulis mengajak para peserta didik untuk mendalami sedikit terkait teori psikologi sastra yaitu Id, Ego, Superego untuk membedah psikologi tokoh. Selain itu, aspek Id, Ego, dan Superego juga bertujuan untuk mengajak peserta didik merefleksikan keadaan dirinya.
Hasil yang didapatkan penulis melalui strategi pembelajaran sastra dengan teori psikologi sastra rupanya membuat peserta didik merasa tersentuh.
Hal ini tertuang dalam kegiatan apresiasi karya sastra hingga kritik sastra yang dilakukan.
Bahkan, para peserta didik juga mampu merefleksikan keseimbangan psikologinya melalui konsep Id, Ego, dan Superego. Kesadaran untuk menyeimbangkan antara keinginan, norma, dan realitas tumbuh dengan sendirinya setelah proses pembelajaran. Artinya, ketepatan strategi pembelajaran sastra akan membuat tercapainya tujuan pembelajaran sastra secara optimal.
Pembelajaran sastra yang ideal akan membuat proses pendistribusian nilai-nilai dalam karya sastra menjadi lebih optimal. Selain itu, para peserta didik kian memahami aneka ragam karya sastra yang kaya nuansa intelektual dan penuh kemajemukan dalam sastra Indonesia.
Para pendidik sebagai tonggak utama dalam pembelajaran perlu untuk mengoptimalkan denga baik penguatan konten materi sejarah sastra Indonesia dan memilih strategi pembelajaran sastra secara tepat dan efektif.
Pembelajaran sastra secara ideal juga menjadi sumbangsih penting dalam rangka penguatan profil pelajar Pancasila yang digagas oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kurikulum Merdeka.