Nasdem Sebut Pertemuan Anies-Gibran sebagai Budaya
harusnya semangat kebersamaan dari pertemuan Anies dan Gibran itu yang terus didukung sebagai budaya negara Indonesia
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Pertemuan antara bakal calon presiden (capres) yang dideklarasikan Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Anies Baswedan dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka terus menjadi sorotan, dan menuai beragam reaksi.
Hal itu terutama terkait dengan motif dan kemungkinan agenda politik di baliknya. PDI Perjuangan pun mempertanyakan hal itu, sekaligus menyebut adanya upaya Anies untuk memecah belah dan meraih keuntungan pribadi, khususnya terkait dengan elektoral.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali tegas mengatakan, pertemuan yang dibungkus dalam bentuk sarapan bersama itu tidak punya masuk tertentu.
Ia juga menambahkan bahwa pertemuan dua sosok itu tidak mungkin mempengaruhi satu sama lain.
"Anies lebih terkenal dalam persahabatan, tidak ada mengenal maksud tertentu. Gibran tetap kader PDIP. Jadi ketika Anies ketemu dengan Gibran, tidak mungkin Anies mempengaruhi Gibran, pun sebaliknya," katanya, ketika dihubungi awak media, Rabu (16/11).
Ali menuturkan, harusnya semangat kebersamaan dari pertemuan Anies dan Gibran itu yang terus didukung sebagai budaya negara Indonesia, sehingga sendi kehidupan tidak semua dihiasi dengan politik kemarahan dan kebencian.
"Tapi politik yang ramah itu karakter kita, belajar dengan pendiri bangsa yang dulu bagaimana kemudian mereka pakai persahabatan sebagai ruang debat yang luar biasa, tapi silaturahmi tidak terganggu," ucapnya.
Menurut dia, pertemuan semacam itu yang tengah dicoba untuk dihidupkan kembali sebagai budaya. Sehingga, jangan sampai kutub politik yang berbeda jadi sumbu untuk tidak berani dalam melawan arus.
"(Jadi bukan-Red) Ketika tidak bersama, berbeda, kau adalah lawan, musuh. Sehingga bagi saya, apa dilakukan mereka (Anies dan Gibran-Red) kemarin jadi budaya," jelasnya. (Tribunnews/Mario Christian Sumampow)