Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Temanggung

Pengawetan Metoda Injeksi “Boucheri” Solusi Keberhasilan Bagi Pengrajin Bambu

Pengawetan batang bambu  menggunakan bahan pengawet larutan borak-boric untuk menghindari dari serangan jamur dan bubuk.

Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Istimewa
Proses pemasangan Injeksi bambu dengan bahan pengawet 

TRIBUNJATENG.COM - Pemanfaatan bambu bagi industri sudah berkembang cukup lama hal tersebut karena, bambu memiliki kekuatan yang tinggi, mudah tumbuh sehingga banyak digunakan sebagai material bangunan serta bahan kerajinan.

Selain kelebihan tersebut, kelemahan bambu yang umum di temukan adalah masalah keawetannya.

Bambu seringkali terkena bubuk dalam kondisi kering dan terkena jamur pada kondisi basah, sehingga perlu dilakukan pengawetan agar penggunaan bambu lebih lama.

Beberapa metoda pengawetan sebanarnya sudah banyak di kenal oleh masyarakat/pengarajin bambu baik yang konvensional seperti di rendam dalam air mengalir ataupun dengan metoda yang lebih modern seperti vakum tekan.

Kelamahan metoda konvensional memerlukan waktu yang cukup lama, sedangkan modeta vakum tekan dibutuhkan investasi yang cukup mahal. Sehingga perlu di carikan solusi yang relative murah dengan hasil yang efektif.

Masalah pengawetan bambu banyak dialami oleh pengrajin bambu salah satunya adalah pengrajin sepeda dari bambu (Spedagi) di Kabupaten Temanggung-Jawa Tengah. 

Saat ini Spedagi diproduksi rutin dengan kapasitas 15-20 frame perbulan.

Dengan booming bersepeda di Indonesia saat ini, Spedagi perlu meningkatkan kapasitas produksinya untuk dapat memenuhi permintaan pasar yang meningkat.

Cairan pengawet sampai ujung bambu sebagi indicator proses pengawetan selesai
Cairan pengawet sampai ujung bambu sebagi indicator proses pengawetan selesai (istimewa)

Sejauh ini pengawetan bambu dilakukan dengan cara merebus bambu dengan bahan pengawet borac-boric selama 3-4 jam.

Penggunaan metoda perebusan umumnya mengasilkan noda pada bilah, sehinggga bermasalah pada saat proses pembahanan bambu menjadi rangka yang menuntut warna bambu yang bening atau bersih dari noda.

Selain hal itu distribusi bahan pengawet pada konsentrasi 5-8persen  seringkali tidak tercapai, Hal inilah yang mengakibat beberapa kasus pada material bambu yang telah diawetkann masih terserang jamur pada saat pengeringan, sehingga menjadi masalah pada proses selanjutnya.

Melalui kegiatan pengabdian masyarakat LPPM-ITB Tahun 2022, dua orang dosen dari SITH-ITB, Ihak Sumardi dan Rudi Dungani mencoba menggunakan  metoda injeksi “Bauheri” pada proses pengawetan bambu di salah satu pengarajin sepeda bambu di Desa Kandangan, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Proses pengecekan limbah cairan pengawet dengan indicator PH meter
Proses pengecekan limbah cairan pengawet dengan indicator PH meter (istimewa)

Pengawetan batang bambu  menggunakan bahan pengawet larutan borak-boric untuk menghindari dari serangan jamur dan bubuk. Metode Boucherie menggunakan tekanan sebesar 1,5 bar (tekanan angin kompresor) untuk memasukan larutan bahan pengawet tersebut ke dalam batang bambu.

Proses pengawetan diawali dengan memasukkan larutan pengawet ke dalam tangki pengawet.

Batang bambu yang masih segar dengan panjang 2 meter, selanjutnya disambungkan pada nosel pipa dan diklem.

Klem dikencangkan untuk mencegah kebocoran larutan pengawet. Proses ini hanya memerlukan waktu singkat (15-20 menit) untuk setiap batang bambu dengan panjang 2 meter.  

Hasil pengawetan menunjukan dengan metode ini terbukti menghasilkan waktu pengawetan yang lebih singkat dan retensi yang tinggi dibandingkan dengan metode pengawetan

konvensional melalui perebusan yang selama ini pengrajin lakukan. Distribusi bahan pengawet selama 15-20 menit sudah mencapai ujung dari bambu, dengan indicator keluar cairan di ujung bambu.

Pemanfaatan metoda ini meningkatkan efisiensi penggunaan bahan pengawet, karena cairan bahan pengawet dimasukan melalui nosel pada bambu, sehingga hampir tidak ada bahan pengawet yang terbuang menjadi limbah.

Selain pengembangan metoda injeksi, penanganan limbah cair pengawet dilakukan dengan memonitor kondisi PH cairan.

Penggunaan Indikator PH Meter digunakan untuk melihat perubahan kualitas cairan sisa pengawet. Penditeksian cair limbah menjadi hal penting dilakukan agar kondisi sisa cairan pengawet tidak berbahaya bagi lingkungan.

Data Penulis :

Nama Lengkap : Ihak Sumardi, PhD

Jabatan : Dosen ITB

Nama Instansi : Institut Teknologi Bandung

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved