Berita Semarang
Atasi Anak Stunting dan Kurang Gizi, Mbak Ita : Bantuan Pangan Harus Yang Bergizi Bukan Mie Instan
Permasalahan anak stunting dan kurang gizi masih menghantui Kota Semarang. Angka anak stunting di Kota Semarang hilang tumbuh berganti
Penulis: budi susanto | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Permasalahan anak stunting dan kurang gizi masih menghantui Kota Semarang. Layaknya jamur di musim penghujan, angka anak stunting di Kota Semarang hilang tumbuh berganti.
Hal tersebut jadi perhatian Plt Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu. Ia menerangkan 150 anak stunting telah tertangani. Namun, muncul kembali 150 anak terkena stunting di Kota Semarang.
"Itu data dari Dinkes Kota Semarang, berarti bakbok atau imbang dong," terang Plt Wali Kota Semarang yang akrab disapa Mbak Ita menggunakan logat Semarangan, Jumat (18/11/2022).
Baca juga: Sinopsis Drakor Somebody Rilis di Netflix 18 November, Drama Thriller Kim Young Kwang
Baca juga: Perwira Kilang Cilacap Kenalkan Teknologi Metaverse di Forum MITA, Pertamina Digital
Baca juga: Undip PSDKU Batang Membuat Produk Unggulan Desa Tumbrep Berupa Gula Aren Bernama GUAREN
Saat ditemui awak media di Balai Kota Semarang, Mbak Ita juga bercerita mengenai kondisi ibu hamil di Kelurahan Kemijen Semarang Timur.
Mbak Ita melihat dan berbincang langsung dengan para perempuan di sana. Ia menemukan banyak perempuan hamil di Kemijen terkena anemia.
Bahkan perempuan hamil 8 bulan nampak seperti perempuan biasa. Tak hanya itu, banyak perempuan hamil memiliki lingkar lengan di bawah normal.
"Saya melihat sendiri kondisi itu. Jadi perlu adanya dorongan untuk mengatasi stunting dan peningkatan gizi bagi perempuan hamil hingga anak di Kemijen," ucapnya.
Edukasi mengenai gizi seimbang dijelaskan Mbak Ita harus terus dilakukan. Ia meminta, makanan tambahan wajib diberikan guna mengimbangi edukasi mengenai gizi.
Sementara menyoal bantuan bahan pangan, Mbak Ita menegaskan, yang selama ini diberikan harus diganti.
"Bantuan bahan pangan harus yang bergizi, jangan mie instan. Kalau beras yang mengandung vitamin B1 dan sebagainya, termasuk telur dengan kandungan omega tinggi," ucapnya.
Mbak Ita manambahkan, selama ini berbagai upaya telah dilakukan Pemkot Semarang untuk mengatasi stunting. Misalnya Rumah Pelangi untuk anak stunting dan gizi buruk di Banyumanik.
Selain itu, intervensi makanan tambahan untuk anak-anak stunting juga diberikan.
"Semua harus dioptimalkan, masalah stunting dan gizi adalah masalah dasar yang harus jadi perhatian," tandasnya.