Berita Semarang
Jaga Kelestarian Lingkungan-Budaya, Warga Wonodri Kota Semarang Gelar Kirab Bubur Sendang Wonodri
Sedari pagi warga RW V Kelurahan Wonodri Semarang Selatan, sibuk persiapkan kirab.
Penulis: budi susanto | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sedari pagi warga RW V Kelurahan Wonodri Semarang Selatan, sibuk mempersiapkan acara kirab.
Baju adat, seteln batik hingga pernik lainnya sudah mereka kenakan.
Di tengah kesibukan warga, sebuah gunungan dengan hiasan janur kuning ditempatkan di pelataran sebuah rumah.
Gunungan itu berisi berbagai jenis bubur yang dibuat warga RW V Kelurahan Wonodri.
Gunungan tersebut nantinya akan diarak menuju sebuah sendang yang ada tepat di tengah pemukiman.

Setelah persiapan dilakukan, gunungan berisi berbagai jenis bubur pun diarak warga dalam Kirab Bubur Sendang Wonodri.
Puluhan orang ikut dalam kirab tersebut, beberapa juga membawa bubur saat mengikuti kirab.
Gemuruh suara gamelan menyambut kedatangan rombongan kirab saat sampai di lokasi tujuan.
Sejumlah kesenian ditampilkan untuk memeriahkan kirab, seperti barongan macan hingga tari tradisional.
Tak hanya itu, pasar UMKM yang memajang produk dari warga sekitar juga digelar di sekitar lokasi kirab.
Setelah penampilan rangkai pertujukan seni budaya, acara dilanjutkan dengan menyambar benih ikan ke Sendang Wonodri.
Makan bubur massal jadi penutup rangkaian acara dalam Kirab Bubur Sendang Wonodri yang diikuti 9 RT di RW V.
Ratusan orang mengikuti acara dengan tujuan melestarikan budaya dan menjaga lingkungan, yang digelar Minggu (20/11/2022) pagi tersebut.
Selain masyarakat umum dan para relawan, jajaran Pemkot Semarang juga mengikuti prosesi kirab hingga pembersihan Sedang Wonodri.
Menurut Tri Siswanto, Ketua RW V Kelurahan Wonodri, kirab tersebut sudah digelar sejak 2017 silam.

Namun kirab budaya yang digelar warga sempat terhenti pada 2019 karena pandemi Covid-19.
Warga kembali menggelar kegiatan serupa pada 2022 setelah angka Covid-19 tak lagi tinggi.
"Kegiatan kembali digelar lantaran dorongan dari berbagai pihak seperti Pemkot Semarang, dengan tujuan melestarikan budaya dan menjaga lingkungan," ucapnya.
Tri berujar, Sendang Wonodri merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat sejak zaman dahulu.
Untuk itu kirab digelar guna memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya Sendang Wonodri bagi kehidupan warga.
Lelaki ramah itu mangatakan, sebelum kirab digelar, warga Wonodri membersihkan sumber air tersebut.
Menyoal bubur yang yang diarak dalam kirab, ia menjelaskan, dahulu saat kondisi sendang masih asri banyak penjual bubur di sekitar Sendang Wonodri.
"Untuk mengingatkan kondisi tersebut, bubur kami pilih dalam arak-arakan kirab. Ada 200 porsi yang dibuat warga Wonodri dan dibagikan ke masyarakat," terangnya.
Tri menjelaskan kondisi Sendang Wonodri tidak lagi sepertinya dulu, namun warga berusaha menjaga kondisi sumber air itu.
Mewakili warga Wonodri ia berharap masyarakat dan Pemkot Semarang bersama-sama merawat Sendang Wonodri.
"Sejak dulu sendang ini ada, bahkan jadi penghidupan masyarakat. Selain jadi sumber air juga jadi sumber mencari nafkah para penjual bubur," terangnya.
Adapun Plt Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu, hadir dalam acara kirab di RW V Kelurahan Wonodri.
Ia juga memimpin langsung pelepasan benih ikan serta berkunjung ke lapak UMKM.
Dalam kunjungannya, Plt Wali Kota Semarang yang akrab disapa Mbak Ita mengatakan, kirab yang digelar jadi bukti warga Wonodri masih mempertahankan budaya leluhur.

"Saya melihat langsung kondisi Sendang Wonodri yang sebenarnya masih bisa dirawat. Kami akan berupaya untuk melakukan treatment sumber air di Wonodri, nantinya sumber air di sini bisa jadi percontohan," terang Mbak Ita.
Percontohan yang dimaksud Mbak Ita tentang pengolahan sumber air dari sendang jadi air baku layak untuk konsumsi masyarakat.
Guna mewujudkan hal itu, ke depan Pemkot Semarang bersama sejumlah pihak akan berkolaborasi dengan warga Wonodri.
Kolaborasi yang dilakukan dalam hal pengelolaan air sendang untuk mencukupi kebutuhan air bersih di wilayah Wonodri.
"Sebenarnya ada empat sumber mata air di sendang tersebut, namun beberapa tertutup sedimentasi. Kami akan mencoba melakukan revitalisasi agar pemanfaatan Sendang Wonodri bisa lebih baik," terangnya.

Mbak Ita menuturkan, pengelola sendang jadi sumber air bersih akan membantu pemerintah dalam hal pengurangan dampak sumur bor.
Pasalnya, dampak pengeboran sumur membuat penurunan tanah di Kota Semarang semakin parah.
Menurutnya, Pemkot Semarang tidak berhenti untuk mensosialisasikan pembatasan pengeboran sumur yang bisa merusak lingkungan.
"Maka dari itu, adanya sumber air seperti sendang harus dimaksimalkan pemanfaatannya. Nantinya Sendang Wonodri akan jadi percontohan pengelola sumber air bersih alami yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Jika berhasil, akan kami terapkan ke sejumlah sendang yang ada di Kota Semarang," tambahnya. (*)