Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Grobogan

Api Abadi Mrapen Tempat Singgah Sunan Kalijaga dan Empu Supo, Sempat Padam Akibat Pengeboran

Api Abadi Mrapen, Manggarmas, Godong, Grobogan, tak hanya sekadar tempat wisata.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: sujarwo

TRIBUNJATENG.COM, GROBOGAN - Api Abadi Mrapen, Manggarmas, Godong, Grobogan, tak hanya sekadar tempat wisata maupun sebagai sumber api event olahraga.

Tempat tersebut dikaitkan pula dengan jejak Walisongo dan saktinya senjata keris Empu Supo sang pembuat senjata di era Majapahit.

Namun, tempat tersebut sempat meredup dengan padamnya Api Abadi Mrapen, yang sempat padam total pada September 2020 silam.

Delapan bulan kemudian api Abadi Mrapen sudah kembali menyala selepas ditangani oleh tim Geologi. 

"Api Abadi Mrapen kembali  dibuka setahun ini selepas selepas dihantam pandemi dan matinya sumber api," ujar  Tenaga Teknis Api Abadi Mrapen, Davi Dyanto (40) kepada Tribun Jateng, Senin (21/11/2022). 

Nyala api abadi Mrapen diklaim sekarang lebih besar dibandingkan dengan nyala api sebelum padam dua tahun lalu.

Padamnya Api Abadi Mrapen diduga akibat adanya aktivitas pengeboran sumur yang berjarak hanya 200 meter.

Pengeboran dilakukan oleh perusahaan ritel yang hendak membuka toko minimarket.

Pengeboran diduga berdiameter lebih luas sehingga mengakibatkan api Mrapen padam.

"Tapi kandungan gas metana di api abadi Mrapen masih ada sehingga masih bisa nyala," jelasnya.

Ia mengatakan, api abadi Mrapen membeli menyala selepas dilakukan pengeboran kembali. 

Selepas memenemukan sumber gas baru, secara bersamaan dipasang pula alat bantu berupa tabung yang menekan gas yang keluar dari tanah. 

Maka ketika terdapat kelebihan gas keluar dapat ditekan, sebaliknya ketika gas keluar kecil dapat dinaikan.

"Alat tabung itu membantu untuk mengatur nyala api Mrapen," beber Davi.

Selepas kejadian itu, ia menuturkan, warga sekitar ketika ada pengeboran harus  ada pemberitahuan atau izin ke pihak ESDM sehingga nantinya didampingi.

Namun aktivitas pengeboran  kian jarang ditemukan lantaran warga sekitar menggunakan PDAM.

Berbeda halnya di area persawahan di sekitar Mrapen yang seringkali muncul sumber gas alami yang ditandai dengan gelembung air disusul bau gas yang menyengat.

"Air lumpur di persawahan sini ketika ditemukan gas juga sedotan lumpurnya lebih dalam," katanya.

Event Besar 

Api Abadi Mrapen sudah tersohor lantaran menjadi sumber nyala api obor pesta olahraga nasional hingga internasional.

Di antaranya menjadi sumber api event internasional Ganefo pada 1 November 1963.

Lalu Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI 23 Agustus 1996.

Tenaga Teknis Api Abadi Mrapen, Davi Dyanto (40) saat menunjukan nyala api yang disebut kian lebih berkobar dibandingkan dengan nyala api sebelumnya yang sempat padam di tahun 2020, di Grobogan, Senin (21/11/2022).
Tenaga Teknis Api Abadi Mrapen, Davi Dyanto (40) saat menunjukan nyala api yang disebut kian lebih berkobar dibandingkan dengan nyala api sebelumnya yang sempat padam di tahun 2020, di Grobogan, Senin (21/11/2022). (Tribun Jateng/Iwan Arifianto)

Pengambilan Api Obor Asian Games 2018. Hingga sumber api untuk acara Pekan Olahraga dan Seni antar Pondok Pesantren Nasional (Pospenas) IX baru-baru ini.

Menurut Davi, api abadi Mrapen juga sarat dengan cerita yang tumbuh di masyarakat.

Seperti keyakinan warga bahwa api Mrapen sempat menjadi tempat singgah Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga ketika itu sempat singgah di tempat tersebut untuk mencari sumber api untuk keperluan pembakaran saat beristirahat.

Lebih ke belakang, api Mrapen juga diyakini warga sebagai sumber perapian Empu Supo, ahli pembuat keris sakti di zaman Majapahit. 

Empu Supo menggunakan api Mrapen saat membuat senjata keris-kerisnya.

Disamping itu, ada yang percaya ketika api abadi Mrapen meredup berkaitan dengan akan terjadinya gejolak politik di Grobogan

Adapula yang dulu percaya ketika api Mrapen membesar berarti akan ada gunung meletus seperti di Merapi.

"Itu zaman dahulu, sekarang besar-kecilnya api dapat diatur dengan alat bantu gas," katanya.

Geliat Wisata

Wisata Api Abadi Mrapen saat ini terus berkobar. Empat warung yang berada di sekitar tempat wisata ikut ramai dikunjungi pembeli.

"Ya dampak ekonominya empat pedagang bisa ikut berjualan," terangnya.

Tempat tersebut ramai dikunjungi wisatawan baik hari biasa maupun saat akhir pekan. Ketika hari biasa didominasi oleh para anak-anak dari PAUD dan TK.

Sebaliknya ketika akhir pekan ramai dikunjungi oleh para pelancong dari berbagai daerah seperti Papua, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya.

Tiket masuk ke lokasi wisata itu juga cukup murah yakni Rp2.500 perorang.

"Jumlah wisata berapa tidak hafal karena itu bagian administrasi, tapi pengamatan saya mulai ramai dua bulan terakhir," ungkapnya.

Api Abadi Mrapen semakin ramai sewaktu ada kegiatan pengambilan api untuk event olahraga maupun acara keagamaan.

Setiap tahunnya paling tidak ada belasan kegiatan sejenis itu di Mrapen.

"Di sini sudah ada aula pertemuan, museum olahraga, hanya kurang wahana permainan. Kalau ada wahana permainan tentu akan semakin menarik pengunjung terutama dari lembaga pendidikan," jelasnya.

Ia menambahkan, tidak ada larangan khusus bagi pengunjung di Api Abadi Mrapen.

Pengunjung hanya tidak boleh bakar sampah terutama plastik di Api Abadi. Selain itu, dilarang keras menyiram api dengan air.

"Mau rokok di sekitar lokasi tidak masalah karena Mrapen bersifat gas metana sehingga tidak berbahaya," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved